Rabu, 23 November 2011

KISI-KISI IPS KELAS VII T.P. 2011/2012

EVALUASI BELAJAR SEMESTER GANJIL TP.2011/2012
SMP SWASTA YAYASAN PENDIDIKAN SINAR HUSNI
BID. STUDI : IPS KELAS : VII SMP

Jawablah soal di bawah ini dengan tepat dan benar !

1. Tuliskan pengertian dari interaksi sosial !



2. Tuliskan beberapa syarat terjadinya interaksi sosial !



3. Tuliskan dan jelaskan beberapa faktor yang mendasari proses interaksi sosial !



4. Tuliskan bentuk-bentuk interaksi asosiatif !



5. Tuliskan bentuk-bentuk interaksi disosiatif !



6. Bedakan pengertian antara Homo Economicus dan Homo Socius !



7. Tuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia !



8. Tulikan pengertian dari sosialisasi !



9. Tuliskan agen-agen sosialisasi !



10. Tuliskan dan jelaskan bentuk-bentuk sosialisasi !



“Apa yang kamu peroleh hari ini merupakan hasil dari apa yang kamu kerjakan hari kemarin”

Selamat Mengerjakan & Selamat Sukses !!!

Minggu, 15 Mei 2011

INTERAKSI SOSIAL, SOSIALISASI, & KEPRIBADIAN

INTERAKSI SOSIAL




Pengertian Interaksi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi didefenisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan dan mempengaruhi. Dengan demikian, interaksi sosial adalah hubungan sosial (saling aksi atau mempengaruhi) yang dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Sementara Gillin dan Gillin mengartikan interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, individu dengan kelompok, atau antar kelompok.

Didalam hubungan tersebut individu atau kelompok saling bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi atau hubungan formal atau tidak formal, langsung atau tidak langsung. Contoh, kerja sama antara aanggota tim sepak bola dalam sebuah pertandingan (hubungan kerja sama), debat antara para calon presiden dalam memperbutkan kursi presiden (hubungan konflik), perbincangan atau diskusi antara kepala bagian dan bawahan di sebuah kantor (hubungan formal), percakapan antara pembeli dan penjual di pasar (hubungan informal).

Dari uraian di atas, terlihat bahwa dalam interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang melibatkan aspek sosial dan kemanusiaan kedua belah pihak, seperti emosi, fisik dan kepentingan. Di dalam interaksi salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan respon atau reaksi. Hal ini berbeda dengan hubungan manusia dengan benda mati. Contoh, ketika seorang ibu mendongeng kepada anaknya. Anak yang mendengarkan kemudian membayangkan isi dongeng yang dituturkan dan terkadang mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berbeda ketika kita marah dan membanting gelas. Gelas yang dibanting tidak akan merasakan apapun, tidak marah, atau membalas perbuatan kita. Pada saat itu tidak terjadi interaksi sosial, sebab gelas tidak memberikan reaksi apapun kepada kita. Contoh lain, di dalam sebuah ruangan, ada beberapa orang, salah seorang kemudian memukul kursi, namun yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dalam ruangan tersebut tidak terjadi interaksi sosial karena tidak ada reaksi terhadap aksi pemukulan kursi itu. Dengan demikian, menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan bisa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri berikut :
• Jumlah pelaku dua orang atau lebih
• Adanya komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang.
• Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
• Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.





Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu Kontak Sosial dan Komunikasi.

Kontak Sosial
Kata kontak (bahasa inggris : contact) berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti sama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa harus menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio atau surat. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama bagi terjadinya kontak.

Kontak sosial memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
• Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
• Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila orang-orang yang berhubungan langsung bertemu muka. Misalnya kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila yang berhubungan membutuhkan suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon.

Komunikasi

Arti penting komunikasi adalah seseorang memberi tafsiran terhadap perilaku (dapat berbentuk pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang ingin disampaikan orang lain kepada orang tersebut. Lalu orang yang memberi tafsiran bereaksi terhadap orang tersebut. Misalnya, seorang gadis dikirimi sekotak cokelat tanpa nama pengirim. Gadis itu menerimanya dengan suka cita. Tapi ia bertanya-tanya, siapa yang mengirimkannya, apa maksudnya, apakah ini simbol cinta kasih atau hanya sekedar simbol persahabatan. Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan reaksi dari tafsiran si gadis terhadap si pemberi cokelat.

Ada lima unsur pokok dalam komunikasi. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komunikator, yaitu orang yangmenyampaikan pesan, perasaan atau pikiran kepada pihak lain.
2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, intruksi dan perasaan.
4. Media, yaitu cara pesan disampaikan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar dan film.
5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.

Ada tiga tahapan penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Encoding. Pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini harus dipilih kata atau istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Perlu dihindari istilah yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian. Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan maupun gambar dari keduanya.
3. Decoding. Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.

Manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain melakukan dengan berbagai cara, yaitu :
• Secara Verbalis, yaitu dengan menggunakaan kata-kata (ada bahasa yang digunakan), merupakan komunikasi cara primer. Lebih mudah menyampaikan perasaan dan maksud untuk dipahami oleh orang lain.
• Secara Gesturalis, yaitu dengan menggunakan bahasa isyarat tanpa menggunakan kata-kata yang telah dipahami oleh masyarakatnya. Contohnya acungan jempol dengan ibu jari yang dilakukan seseorang kepada orang lain dipahami sebagai memberikan pujian kepada orang tersebut. Contoh lainnya menggelengkan kepala tanda tidak setuju pada sesuatu, meletakkan jari telunjuk di bibir bermakna kita memerintahkan orang lain untuk diam dan sebagainya. Penggunaan semapor dan sandi dalam kegiatan kepramukaan contoh komunikasi cara gesturalis.
• Secara Simbolis, yaitu melakukan komunikasi dengan memberikan tanda tertentu kepada orang lain. Contohnya bahasa tubuh yang kita gunakan yang dapat dipahami oleh orang lain. misalnya bau menyengat dari parfum seseorang yang duduk di sebelah kita telah mengundang reaksi kita untuk menutup hidung atau tersenyum pada seorang gadis kepada pertanyaan seorang pria bisa bermakna setuju atau malu dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan bahasa simbolis praktis seperti tanda-tanda rambu lalu lintas yang dapat dipahami oleh pengguna jalan. Lampu merah artinya berhenti, lampu hijau artinya boleh jalan. Warna hitam pada pakaian yang digunakan di pemakaman bermakna berduka cita berbeda dengan masyarakat cina warna putih menunjukkan turut berduka cita.

Suatu kontak dapat terjadi tanpa adanya komunikasi. Contohnya, orang bicara dalam bahasa Padang kepada orang yang hanya mengerti bahasa Jawa. Dalam kasus tersebut, kontak sosial telah terjadi tapi mereka tidak berkomunikasi sebab yang satu tidak bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh yang lain. dengan demikian apabila dihubungakan dengan interaksi sosial, meskipun kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, tapi tanpa adanya komunikasi kontak tidak memiliki arti apa-apa.




Interaksi sosial sendiri menjadi salah satu kajian penting dalam sosiologi. Beberapa tokoh sosiologi (sosiolog) mengkhususkan diri dalam melakukan studi terhadap interaksi sosial. Untuk mempelajari interaksi sosial, sosiologi menggunakan pendekatan tertentu yang dikenal dengan sebutan perspektif interaksionis (interactionist perspective).

Salah satu pendekatan yang terkenal dalam perspektif interaksionis adalah interaksionis simbolik. Kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi. Yang dimaksud dengan simbol adalah sesuatu yang diberi nilai dan makna oleh pemakainya. Dengan demikian, simbol yang sama bisa berbeda-beda arti sesuai dengan keinginan pemakainya. Misalnya, warna putih bisa diartikan sebagai pernyataan menyerah dalam perang atau bisa diartikan suci.

Menurut Herbert Blumer, ada tiga pokok pikiran interaksionis simbolik, yaitu act, thing dan meaning. Seseorang bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) berdasarkan arti sesuatu itu menurutnya (meaning). Misalnya tindakan (act) orang hindu di india terhadap sapi (thing), berbeda dengan tindakan orang islam terhadap sapi. Sebab makna sapi (meaning) bagi kedua orang itu berbeda. Sapi menurut orang hindu di india adalah binatang suci, sedangkan menurut orang islam tidak.


Makna itu sendiri muncul dari interaksi sosial. Makna itu tidak langsung diberikan atau ditanggapi begitu saja oleh seseorang, tapi melalui proses penafsiran lebih dahulu. Contoh, seorang gadis menerima ucapan salam dari seorang pemuda di pinggir jalan. Gadis itu tidak langsung menjawab tapi mereka-reka atau menafsirkan dulu, apakah pemuda itu berniat baik atau buruk.

W.I. Thomas (1968) juga menyatakan bahwa seseorang tidak langsung bereaksi atau memberi tanggapan (respon) terhadap rangsangan dari luar (stimulus), tapi didahului oleh tahap penilaian atau pertimbangan berdasarkan Definisi Situasi. Misalnya pada contoh gadis dan ucapan pemuda di atas. Gadis itu mendefinisikan bahwa pemuda di pinggir jalan yang mengucapkan salam kepadanya tidak berniat baik, maka iapun bereaksi atau bertindak sesuai dengan definisi yang ia buat, yaitu tidak menjawab ucapan salam tersebut.

Sosiolog lain yang memberi sumbangan pentinga dalam kajian interaksi sosial adalah Erving Goffman. Menurutnya Goffman, individu yang bertemu dengan orang lain akan memberi informasi tentang orang tersebut agar ia dapat mendefinisikan situasi. Dalam pertemuan itu, masing-masing pihak, sengaja atau tidak, membuat pernyataan (ekspresi) agar pihak yang lain terkesan (impresi). Usaha mempengaruhi kesan orang lain ini disebut Goffman sebagai Pengaturan Kesan (impression management).

Goffman membedakan dua macam ekspresi, yaitu ekspresi yang diberikan dan ekspresi yang dilepaskan. Eksperesi yang diberikan (expression given) adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk memberi kesan atau informasi sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku atau pernyataan itu memang bisa dilakukan. Sementara ekspresi yang dilepaskan (expression given off) adalah pernyataan yang mengandung infirmasi, yang menurut orang lain memunculkan ciri tertentu dari si pembuat ekspresi. Misalnya, orang yang diberi pertolongan selayaknya mengucapkan terima kasih. Tetapi, ada orang yang mengucapkan terima kasih dengan berwajah masam. Ucapan terima kasih adalah ekspresi yang diberikan dan wajah yang masam adalah ekspresi yang dilepaskan yang dapat menunjukkan perasaan orang itu sebenarnya.

Interaksi sosial menjadi sangat penting dalam kehidupan sosial. Dari interaksi antar individu, individu dan kelompok, dan antar kelompok akan tumbuh jalinan kerja sama, saling membutuhkan, dan saling pengertian yang sangat penting dalam mewujudkan kehidupan bersama yang dinamis. Interaksi sosial adalah bentuk umum dari Proses Sosial, dimana individu dan kelompok mengembangakan cara-cara berhubungan dengan individu dan kelompok lain. mereka saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan yang dipakai. Mereka juga menentukan hubungan apa yang akan terjadi jika ada perubahan yang dapat mengganggu pola kehidupan yang telah ada. Dalam proses sosial ini, ada pengaruh timbal balik antara berbagai aspek dalam masyarakat, misalnya, pengaruh timabal balik antara sosial dan politik, ekonomi dan politik, atauh ekonomi dan hukum. Dari proses sosial ini akan berkembang aktivitas-aktivitas sosial yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial kelihatannya sederhana. Orang bertemu lalu berbicara atau sekedar bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Interaksi ini dilandasi oleh beberapa faktor psikologis, yang mendorong terjadinya interaksi sosial, yaitu :
1. Imitasi. Adalah suatu tindakan meniru orang lain. imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Misalnya, gaya bicara, tingkah laku, adat kebiasaan, pola pikir, dan apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh orang. Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidaklah berjalan dengan sendirinya. Perlu ada sikap menerima, sikap mengagumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan diimitasi itu. Menurut Dr. A.M.J. Chorus, ada syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi. Syarat-syarat itu adalah adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru. Contoh, seorang anak melihat ayahnya menyetir mobil. Kemudian tanpa diajari, anak itu berlari-lari sambil kedua tangannya menirukan gerakan seolah-olah tengah menyetir mobil. Imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Imitasi dapat mendorong seseorang untuk memenuhi norma –norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya, seorang anak meniru orang dewasa menyebrang lewat jembatan penyebrangan. Namun demikian, imitasi juga dapat mengakibatkan sesuatu yang negatif jika tindakan yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Contoh, seorang pemuda meniru ayahnya yang mabuk atau seorang pelajar meniru temannya yang membolos sekolah. Di samping itu, proses meniru tanpa ada usaha lain yang lebih konstruktif akan membuat seseorang menjadi terpasung dan miskin kreativitasnya.
2. Sugesti. Yaitu proses dimana berlangsungnya seseorang memberi pandangan atau sikap yang dianutnya kepada pihak lain, lalu diterima oleh orang lain tersebut. Biasanya kondisi si penerima dalam keadaan emosi sehingga tidak dapat berpikir rasional. Segala anjuran atau nasehat yang diberikan langsung diterima dan diyakini kebenarannya. Pada umumnya, sugesti berasal dari hal-hal berikut :
• Orang yang berwibawa, karismatis, atau punya pengaruh terhadap yang disugesti, seperti orang tua, cendikiawan,atau ulama.
• Orang yang memiliki kedudukan lebih dari yang disugesti. Misalnya, pejabat negara atau direktur perusahaan.
• Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam suatu rapat OSIS, ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap suatu masalah. Tapi karena semua teman-temannya setuju, maka iapun mengubah pendapatnya.
• Reklame atau iklan di media massa. Contoh, iklan yang menggambarkan suatu produk deterjen mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik dapat menggiring pendengar atau penonton untuk membeli produk itu karena terpengaruh.

Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tapi karena beberapa faktor yang ada di diri orang yang diberi sugesti. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
• Terhambatnya daya berpikir kritis. Makin kurang kemampuan orang mengkritisi sesuatu atau seseorang, makin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak lain. daya kritis mengalami hambatan jika individu yang terkena stimulus tengah emosional. Misalnya, orang yang tengah marah besar pada tetangganya akan mudah terprovokasi untuk melakukan perkelahian fisik.
• Kemampuan berpikir terpecah belah (dissosiasi). Disssosiasi terjadi ketiak orang sedang dilanda kebingungan karena dihadapkan pada berbagai persoalan. Jika dalam suasana yang demikian ada pandangan, saran, dan pendapat-pendapat orang, ia akan dengan mudah menerimanya tanpa pikir panjang.
• Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang dalam keadaan ragu pada umumnya akan mudah tersugesti atau akan mudah menerima pendapat atau saran dari pihak lain apalagi pendapat itu searah dimana orang yang ragu-ragu itu tidak bisa berkomunikasi langsung dengan pihak tersebut. Misalnya pada kasus iklan deterjen di atas, sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut, tetapi karena kita melihat dan mendengarnya setiap hari tanpa bisa bertanya tentang kebenarannya, kita pun membelinya. Di sini sugesti berfungsi untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah ada tapi masih ragu-ragu.
3. Identifikasi. Yaitu merupakan kecendrungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan). Identifikasi sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan imitasi karena dalam proses identifikasi, kepribadian seseorang bisa terbentuk. Orang melakukan proses identifikasi karena seringkali memerlukan tipe ideal tertentu dalam hidupnya. Contoh, seorang anak mengidolakan ayahnya. Ia berusaha mengidentifikasi dirinya seperti ayahnya karena sikap, prilaku, dan nilai yang dipegang ayahnya ia perlukan dalam hidup. Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja dan tidak sengaja. Meskipun tanpa sengaja, orang yang mengidentifikasi tersebut benar-benar mengenal orang yang diidentifikasinya sehingga sikap atau pandangan yang diidentifikasi benar-benar menjiwainya. Contoh, biasanya pemain bulu tangkis junior punya pemain idola. Setiap idolanya bertanding dia akan mengamati secara cermat bagaimana strategi bermain dan gaya permainan idolanya. Mereka ingin meniru dan yakin bisa menjadi seperti idolanya.
4. Simpati. Yaitu merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dilakukan, dialami, atau diderita orang tersebut. Dalam proses ini, perasaan memegang peranan penting walaupun alasan utamanya adalah rasa ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain. contoh, ada tetangga yang sedang tertimpa musibah kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha untuk membantunya. Pada umumnya, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan teman sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan.
5. Empati. Yaitu merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang. Contoh, seorang ibu merasa kesepian dan merindukan anaknya yang bersekolah di luar kota. Ia selalu memikirkan anaknya tersebut sehingga jatuh sakit.

ATURAN DALAM INTERAKSI SOSIAL

Dalam kajian sosiologis, ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang berbeda dengan kelima faktor yang telah disebutkan di atas. Karl dan Yoels (1979) menyebutkan 3 jenis aturan dalam interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Aturan Mengenai Ruang. Karl & Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall (1982) mengenai konsep jarak sosial. Menurut Hall, dalam situasi sosial orang cendrung menggunakan empat macam jarak, yaitu jarak intim (intimate distance), jarak pribadi (personal distance), jarak sosial (social distance), dan jarak publik (public distance).
Pada jarak intim (sekitar 0-45 cm), terjadi keterlibatan intensif panca indera dengan tubuh orang lain. contoh, dua orang yang melakukan olah raga jarak dekat seperti sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada pada jarak intim, seperti di dalam bus atau kereta yang penuh sesak, ia akan berusaha sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan kontak pandangan mata dengan orang di sekitarnya. Jarak pribadi (sekitar 45 cm – 1,22 m) cendrung dijumpai dalam interaksi antara orang yang berhubungan dekat, seperti suami-istri atau ibu dan anak. Pada jarak sosial (sekitar 1,22 m – 3,66 m), orang yang berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contoh, interaksi dalam pertemuan santai (dengan teman, guru, dan sebagainya). Interaksi di dalam rapat pekerjaan formal juga masuk ke dalam jarak ini. Sementara jarak publik (di atas 3,66 m) umumnya dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politisi dan aktor. Semakin besar jarak, semakin keras pula suara yang harus dikeluarkan. Kata dan kalimat semakin dipilih secara seksama.
2. Aturan Mengenai Waktu. Waktu juga dapat mengatur interaksi, misalnya, di masyarakat yang kurang disiplin sering dijumpai ketiadaan orientasi waktu atau dikenal denga istilah “jam karet”. Keterlambatan kedatangan bus, pesawat, kereta menjadi hal biasa. Tapi jika kondisi ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas orang menjadi terganggu. Contoh lain, di masyarakat kita, keterlambatan seorang pembicara datang ke sebuah seminar bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan. Sementara itu di masyarakat eropa seperti inggris misalnya, pembicara ini akan dianggap sebagai orang yang tidak bertanggunjawab dan menghina majelis seminar.
3. Aturan Mengenai Gerak Tubuh. Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi non verbal ini terkadang, disadari atau tidak, digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain. contoh, memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat bahu, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, atau membungkukkan badan. Namun demikian, makna komunikasi ini bisa berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Oleh karena itu, komunikasi non verbal hanya efektif dilakukan dalam interaksi antar anggota masyarakat yang memiliki pemaknaan yang sama terhadapnya.

SUMBER INFORMASI YANG MENDASARI INTERAKSI

Selain membahas tentang aturan-aturan dalam interaksi sosial, Karl dan Yoels juga membahas tentang sumber-sumber informasi yang mendasari interaksi seseorang denga orang lain. sama seperti Goffman yang menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi, Karl dan Yoels pun menyatakan bahwa apabila seseorang baru menjumpai orang lain yang belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Menurut Karl dan Yoels, ada beberapa sumber informasi. Diantaranya sebagai berikut :
a) Warna Kulit.
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia, dan ras sangat menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang sehari-harinya berada di lingkungan yang diskriminatif. Contoh, di negara Afrika Selatan pada era apartheid, orang kulit putih cendrung tidak mau berinteraksi dengan orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung berprilaku kriminal.
b) Usia.
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan orang yang sebaya, atau orang yang lebih muda seperti adik, kakak, atau teman sepermainan.
c) Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap yang lainnya. Contoh, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun cenderung menghindari dari percakapan laki-laki tentang elektronik atau otomotif.
d) Penampilan Fisik.
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga sering menjadi sumber informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, yang pertama kali dilihat dalam interaksi adalah penampilan fisik seseorang. Ada beberapa penelitian yang memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pasangan daripada orang dengan penampilan kurang menarik.
e) Bentuk Tubuh.
Menurut penelitian Well & Siegal, orang cenderung menganggap bahwa terdapat kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh endomorph (bulat,gemuk) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan pemaaf. Orang yang memiliki tubuh mesomorph (atletis, berotot) dianggap memiliki sifat dominan, yakin, dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph (tinggi, kurus) dianggap bersifat tegang dan pemalu.
f) Pakaian
Sumber informasi juga dapat diperoleh dari pakaian seseorang, seringkali seseorang yang berpakaian seperti eksekutif muda lebih dihormati dibandingkan dengan orang yang berpakaian seperti gelandangan.
g) Wacana
Dari pembicaraan seseorang, kita pun dapat memperoleh informasi tentang dirinya. Kadang-kadang kita mendengar seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur sebuah perusahaan terkenal atau dengan seorang gubernur. Dari perkataan orang tersebut bisa diperoleh informasi dengan siapa kita berbicara. Dengan kata lain, kita bisa menebak status orang berdasarkan pembicaraannya. Meskipun pada kenyataannya, terdapat pula orang yang tidak berkata jujur tentang dirinya.

Tahapan Pendekatan dan Perenggangan Hubungan dalam Interaksi Sosial

Menurut Mark L. Knapp dalam bukunya Social Intercourse : From Greeting to Goodbye (1978), dalam interaksi sosial terdapat tahap yang bisa mendekatkan dan tahap yang bisa merenggangkan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah penjelasan kedua tahap tersebut.

Tahap yang Mendekatkan

Tahap yang mendekatkan dirinci menjadi tahap memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding). Contoh, saat pertama kali masuk sekolah, kalian tentu memulai menjajaki hubungan dengan orang lain dengan saling bertegur-sapa yang diikuti dengan obrolan-obrolan ringan, seperti asal sekola darimana, rumahnya dimana, atau bagaimana cara pergi ke sekolah. Hasil penjajakan ini dijadikan dasar untuk memutuskan apakah hubungan kalian bisa ditingkatkan, dipertahankan atau tidak dilanjutkan sama sekali. Hal yang sama juga terjadi pada pasangan suami istri. Awalnya dimulai dari tahap penjajakan untuk menemukan apakah hubungan bisa ditingkatkan, dipertahankan atau tidak dilanjutkan.

Apabila ditingkatkan, tahap selanjutnya adalah penyatupaduan. Pada tahap ini, kamu dan temanmu mulai merasa ada kesamaan atau kesatuan. Demikian pula, para calon suami istri. Dari tahap menyatupadukan ini, lama-kelamaan interaksi ini bisa mencapai tahap pertalian seperti penikahan pada calon suami istri.

Tahap yang Merenggangkan

Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan terjadi juga proses perenggangan. Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnation), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating). Contoh, dua orang yang dulunya berteman dan biasa melakukan kegiatan secara bersama-sama, mulai melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan atau pulang sekolah sendiri-sendiri. Setelah itu, pembicaraan tentang pertemanan mereka pun mulai dibatasi. Obrolan menjadi dangkal dan sekedar basa basi saja. Sering kali pihak yang satu berbicara tentang sesuatu, yang lain menyangkal, membantah, melarang dan membentak.

Tahap selanjutnya adalah memacetkan. Di tahap ini tidak terjadi komunikasi. Kalaupun ada, hal ini dilakukan karena terpaksa dan dilaksanakan secara sangat hati-hati. Perbedaan kedua teman itu sudah sangat besar sehingga untuk membicarakan hal yang paling sederhana saja pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang tadinya berteman itu sudah tidak berkomunikasi tapi masih berada pada lingkungan yang sama seperti berada dalam satu sekolah, maka mereka berdua berusaha untuk saling menghindar. Misalnya, berusaha tidak melewati jalan, lorong, atau ruang yang sama. Setelah terjadi jarak komunikasi dan fisik seperti ini, mereka berdua pun berada di dalam tahap pemutusan hubungan.







Status, Peranan, dan hubungan individu dalam interaksi sosial.

Status dan peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesepakatan-kesepakatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin banyak status dan perananan seseorang, semakin beragam pula interaksinya denga orang lain. jadi, interaksi sosial seseorang akan tergantung pada status dan perannya dalam masyarakat.

Secara empiris perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang memiliki status tinggi mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang statusnya rendah. Contohnya, cara bicara dan cara makan seorang pemilik perusahaan tentu berbeda dengan seorang karyawan rendah. Status seorang menentukan perannya dan peran seorang menentukan apa yang diperbuat (perilaku).

Kedudukan atau status sosial merupakan posisi seseorang secara umum dalam masyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestise, hak-hak, dan kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan. Contoh, tuan X sebagai warga masyarakat merupakan kombinasi dari segenap kedudukannya sebagai guru, kepala sekolah, ketua RT, suami nyonya S, dan ayah dari anak-anaknya.

Kedudukan (Status)

Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan masyarakat terdapat 3 macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status. Ascribed status merupakan status seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir. Contohnya, anak yang lahir dari keluarga bangsawan, dengan sendirinya langsung memperoleh status bangsawan. Pada umumnya, ascribed status lebih banyak dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup seperti masyarakat feodal.

Achieved status merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini tidak diperoleh atas dasas keturunan akan tetapi tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Jadi, status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu, seperti lulusan fakultas hukum, masa kerja mencukupi, dan lulus ujian.

Assigned status merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status. Artinya, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contoh, gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, siswa teladan, dan peraih kalpataru.

Di dalam masyarakat, seseorang bisa mempunyai beberapa status. Hal ini kadangkala menimbulkan pertentangan atau konflik (status conflict). Konflik status di sini dapat diartikan sebagai konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat adanya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan. Contoh, ibu Risna adalah seorang guru SMP yang harus ke sekolah setiap hari kecuali hari libur. Namun, ibu Risna adalah juga seorang ibu rumah tangga yang harus merawat anak-anaknya. Ibu Risna bingung untuk memilih menjadi ibu rumah tangga saja atau menjadi guru saja.

Peranan Sosial (Role)

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Perananan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban seseuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status dan tidak ada status tanpa peranan. Contoh, status kepala sekolah H. Mhd. Yusuf, BA. Dengan status tersebut, seseorang diharapkan berperan memimpin sekolahnya. Peranan ini tidak akan melekat pada seseorang jika ia tidak memiliki status kepala sekolah Sinar Husni. Demikian sebaliknya, dengan status kepala sekolah Sinar Husni, seseorang memiliki peranan memimpin sekolah tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena ia mengatur perilaku seseorang. Pada beberapa kasus, peranan menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang di sekitarnya.

Ada 3 hal yang tercakup dalam peranan, yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungakan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi..
3. Peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Bentuk-bentuk Interaksi Pendorong Terciptanya Lembaga, Kelompok, dan Organisasi Sosial

Gillin & Gillin menyebutkan dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses asosiatif (processes of association) dan proses disosiatif (processes of dissociation). Proses asosiatif merupakan proses menuju terbentuknya persatuan atau integrasi sosial. Proses disosiatif sering juga disebut sebagai proses oposional (oppositional process) yang berarti cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.




Proses asosiatif dan disosiatif memiliki turunan bentuk-bentuk interaksi sosial sebagai berikut :
A. Proses Asosiatif
Proses asosiatif mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut :
1) Kerja sama (cooperation)
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dan bahwa hal tersebut bermanfaat bagi dirinya atau orang lain. kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya (in-group) dan kelompok lainnya (out-group). Menurut Charles H. Cooley, kerja sama timbul apabila seseorang menyadari dirinya mempunyai kepentingan yang sama dengan orang lain dan pada saat bersamaan memiliki pengetahuan dan pengendalian terhadap dirinya sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan pengorganisasian diri merupakan fakta penting dalam kerja sama.
Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya yang mengancam. Selain itu, kerja sama juga dapat bertambah kuat jika ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetian yang secara tradisional atau institusional telah tertanam dalam kelompok, dalam diri seseorang, atau segolongan orang. Contoh, kerja sama antar prajurit dalam satu kesatuan dalam menghadapi musuh di dalam sebuah medan pertempuran.
Proses sosial yang erat kaitannya dengan kerja sama adalah konsensus. Konsensus hanya mungkin terjadi bila dua belah pihak atau lebih yang ingin memelihara suatu hubungan yang masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Keputusan untuk mengadakan konsensus timbul apabila anggota-anggota dari kelompok atau persekutuan menghadapi beberapa perbedaan pendapat. Dalam konsensus, pertentangan kepentingan kelihatan cukup nyata tetapi tidak sebesar dalam konflik.
Berdasarkan pelaksanaannya, kerja sama memiliki 5 bentuk, yaitu :
• Kerukunan atau gotong-royong
• Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
• Kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara untuk menghindari konflik yang bisa mengguncang organisasi.
• Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil sebab mereka memiliki strukturnya sendiri-sendiri.
• Joint-venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, perhotelan, dan lain-lain.
Selain itu beberapa ahli juga membagi kerja sama dalam beberapa bentuk berikut :
• Kerja sama spontan (kerja sama serta-merta)
• Kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa)
• Kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu)
• Kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antara unsur dalam sistem sosial, seperti gotong-royong atau gugur gunung).
2) Akomodasi (Acomodation)
Akomodasi memiliki dua arti, yaitu yang menunjukkan pada keadaan dan yang menunjukkan pada proses. Akomodasi yang pada keadaan menunjukkan adanya keseimbangan dalam interaksi antar individu atau antar kelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tercipta keseimbangan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan lawan. Tujuan akomodasi berbeda-beda tergantung pada situasi yang dihadapi. Diantaranya sebagai berikut :
• Untuk menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
• Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara waktu.
• Berusaha mengadakan kerja sama antar kelompok sosial Untuk menghasilkan sintesis atau titik temu antara dua atau beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
• Mencegah terjadinya pertentangan untuk sementara waktu.
• Berusaha mengadakan kerja sama antar kelompok sosial yang terpisah akibat faktor sosial dan psikologis atau kebudayaan. Misalnya, kerja sama antar individu yang berbeda kasta.
• Mengusahakan peleburan antar kelompok sosial yang tepisah. Misalnya lewat perkawinan (amalgamasi).
Akomodasi sebagai sebuah proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
a. Koersi (coercion), yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan secara fisik maupun psikologis. Dalam koersi, salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah. Misalnya dalam sistem perbudakan atau penjajahan.
b. Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi di mana pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian. Contoh, perjanjian antar negara tentang batas wilayah perairan.
c. Arbitrasi (arbitration), yaitu cara untuk mencapai sebuah kompromi melalui pihak ketiga sebab pihak-pihak yang bertikai tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau oleh badan yang berwenang. Contoh, masalah antara karyawan dan perusahaan tentang gaji. Masalah ini bisa diatasi dengn meminta bantuan pemerintah yang kemudian menetapkan upah minimum.
d. Mediasi (mediation), hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral. Kedudukannya hanya sebagai penasehat yang mengusahakan jalan damai tapi tidak memiliki wewenang dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikan masalah.
e. Konsiliasi (conciliation), yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang bertikai untuk mencapai suatu kesepakatan. Contoh, mempertemukan wakil buruh, perusahaan, dan jamsostek untuk saling mengungkapkan keinginan guna mencapai kesepakatan.
f. Toleransi (toleration), yaitu bentuk akomodasi yang terjadinya tanpa persetujuan yang sifatnya formal. Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu atau kelompok yang ingin menghindari perselisiahan. Contoh, pada bulan puasa, umat yang tidak berpuasa tidak makan di sembarang tempat. Demikian pula, saat umat beribadah yang lain tidak membuat keributan.
g. Stalemate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang hingga pada akhirnya pertikaian tersebut berhenti pada titik tertentu. Misalnya, ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan di bidang senjata nuklir.
h. Ajudikasi (adjudicationI), yaitu cara menyelesaikan masalah melalui pengadilan.
i. Segresi (segretion), yaitu masing-masing pihak memisahkan diri dan saling menghindar dalam rangka mengurangi ketetangan.
j. Eliminasi (elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik karena mengalah.
k. Subjugation atau domination, yaitu pihak yang mempunyai kekuatan besar untuk meminta pihak lainnya mentaatinya.
l. Keputusan mayoritas (majority rule), yaitu keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting
m. Minority consent, yaitu golongan minoritas yang tidak merasa dikalahkan tetapi dapat melakukan kegiatan bersama.
n. Konversi, yaitu penyelesaian konflik di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
o. Genjatan senjata (cease fire), yaitu penangguhan permusuhan dalam jangka waktu tertentu.
3) Asimilasi (assimilation).
Asimilasi adalah usaha-usaha untuk menghilangkan perbedaan antar individu atau kelompok-kelompok. Asimilasi akan membuat ciri masing-masing individu atau kelompok hilang dan membentuk satu ciri yang baru. Misalnya, perkawinan campuran (amalgamasi).
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :
• Sikap toleransi
• Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi (tiap-tiap individu mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasanya).
• Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
• Sikap terbuka dari golongan penguasa dalam masyarakat.
• Persamaan dalam unsur kebudayaan.
• Perkawinanan campuran (amalgamasi)
• Adanya musuh bersama dari luar.
Sebaliknya, faktor-faktor yang menjadi penghalang terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :
• Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat. Contoh, orang Indian di Amerika Serikat yang diharuskan bertempat tinggal di wilayah-wilayah tertentu (reservation).
• Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
• Adanya perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
• Adanya perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah. Adanya in-group feeling yang kuat. Artinya, ada suatu perasaan yang kuat bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
• Adanya gangguan golongan minoritas terhadap golongan yang berkuasa. Contoh, perlakuan kasar terhadap orang-orang Jepang yang tinggal di Amerika Serikat sesudah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbor diserang secara mendadak oleh tentara Jepang pada tahun 1941.
• Adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi.
4) Akulturasi
Akulturasi adalah berpadunya dua kebudayaan yang membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan ciri dari masing-masing kebudayaan tersebut. Contoh, candi borobudur merupakan perpaduan kebudayaan India dan Indonesia, musik keroncong merupakan perpaduan antara musik portugis dan musik Indonesia, dan sebagainya.

B. Proses Disosiatif
Proses disosiatif atau oposisi dibedakan ke dalam 3 bentuk, yaitu sebagai berikut :
1) Persaingan (competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan dari berbagai pihak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Persaingan mempunyai dua tipe, yaitu yang bersifat pribadi dan tidak bersifat pribadi. Tipe yang bersifat pribadi disebut juga dengan rivalry. Dalam rivalry, individu akan bersaing secara langsung, misalnya, untuk memperoleh kedudukan tertentu dalam sebuah organisasi. Dalam tipe yang bersifat tidak pribadi, yang langsung bersaing bukan individu-individu, melainkan kelompok. Contoh, antara dua partai berbeda dalam merebut simpati rakyat atau dua kesebelasan sepak bola berebut kemenangan untuk maju ke babak berikutnya. Salah satu ciri dari persaingan adalah perjuangan yang dilakukan secara damai, sportif, fair play. Artinya, persaingan selalu menjunjung tinggi batas-batas yang diharuskan.persaingan sangat berguna dalam meningkatkan prestasi seseorang.
2) Kontravensi (contravention)
Kontravensi ditandai oleh adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian nengenai diri seseorang, rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi apabila dibandingkan denganpersaingan atau pertentangan bersifat rahasi. Perang dingin merupakan kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis.
Sikap tersembunyi seperti ini dapat berubah menjadi pertentangan atau pertikaian. Wujudnya dapat berupa protes, sentimen, mengacaukan pihak lain, memfitnah, memaki-maki melalui surat selebaran, agitasi, subversi, dan lain-lain.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, kontravensi memiliki 5 bentuk, yaitu sebagai berikut :
a. Umum, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, protes, perbuatan menghalang-halangi, melakukan kekerasan, atau mengacaukan rencana pihak lain.
b. Sederhana, seperti menyangkal pernyataan orang di muka umum, memaki melalui surat selebaran, atau mencerca.
c. Intensif, seperti penghasutan atau menyebarkan desas-desus.
d. Rahasia, seperti mengumumkan rahasia lawan atau berkhianat.
e. Taktis, seperti mengejutkan lawan, membingungkan pihak lawan, provokasi, atau intimidasi.
3) Pertentangan atau konflik (conflict).
Pertentangan atau konflik adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Bentuk-bentuknya dapat berupa konfrontasi, perang, dan sebagainya.
Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus. Diantaranya sebagai berikut :
• Pertentangan pribadi.
• Pertentangan rasial
• Pertentangan antar kelas sosial
• Pertentangan politik
• Pertentangan yang bersifat internasional.



SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


Penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok atau masyarakatnya dalam sosiologi disebut Sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah proses penamaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat. Sementara menurut David Gaslin, sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.

Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi, yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah peran-peran. Bagaimana seorang berperan sesuai dengan nilai, kebiasaan, dan norma yang berlaku dan ditransfer dari masyarakat atau kelompoknya. Sementara beberapa tokoh lainnya seperti Gaslin mengemukakan bahwa yang dipelajari dalam proses sosialisasi adalah nilai dan norma sosial. Oleh sebab itu, teori sosialisasi dari sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenai peran (role theory).

Nilai Sosial

Soerjono Soekanto mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Contoh, orang menganggap menolong bernilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dengan demikian, nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.

Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun temurun.

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Nilai Dominan,
Adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut :
• Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
• Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh masyarakat.
• Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut.
• Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut.
2. Nilai Mendarah Daging (internalized value).
Adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar).

Dari uraian di atas, dapatlah kita kemukakan beberapa ciri nilai sosial. Diantaranya sebagai berikut :
• Nilai sosial merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
• Nilai sosial disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan dari lahir).
• Nilai sosial terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
• Nilai sosial merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
• Nilai sosial bervariaasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan lainnya.
• Nilai sosial dapat mempengaruhi pengembangan diri seseorang
• Nilai sosial memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
• Nilai sosial cenderung berkaitan satu dan yang lainnya.



Dalam filsafat, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. nilai logika adalah nilai benar-salah;
b. nilai estetika adalah nilai indah-tidak indah (jelek);
c. nilai etika/moral adalah nilai baik-buruk.

Menurut NotonegoroNotonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
a. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian meliputi :
1) nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi,cipta) manusia;
2) nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
4) nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Norma Sosial

Dalama kehidupan bermasyarakat selalu terdapat aturan atau kaidah yang mengatur kehidupan bersama baik yang berupa suatu keharusan, anjuran, maupun larangan. Aturan atau kaidah itu sering disebut sebagai norma. Jadi, norma adalah seperangkat peraturan yang berisi tentang perintah dan larangan beserta sanksinya.

Ada hubungan yang erat antara nilai dan norma. kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Bila nilai adalah sesuatu yang baik, diinginkan, dan dicita-citakan oleh masyarakat, maka norma merupakan aturan bertindak atau berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Jika kita analogikan dengan minum kopi, kenikmatan rasa kopi merupakan nilainya, sedangkan tindakan mencampurkan kopi dan gula secara proporsional untuk mendapatkan kenikmatan adalah normanya.

Norma dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Cara (Usage) Cara mengacu pada suatu bentuk perbuatan yang lebih menonjolkan pada hubungan antarindividu. Penyimpangan pada cara tidak akan mendapatkan hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan, cemoohan, atau ejekan. Misalnya, orang yang mengeluarkan bunyi dari mulut (serdawa) sebagai pertanda rasa kepuasan setelah makan. Dalam suatu masyarakat, cara makan seperti itu dianggap tidak sopan. Jika cara itu dilakukan, orang lain akan merasa tersinggung dan mencela cara makan seperti itu.
b. Kebiasaan (Folkways ) Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada cara (usage). Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama karena orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Misalnya, kebiasaan menghormati orang yang lebih tua.
c. Tata Kelakuan (Mores) Jika kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku, tetapi diterima sebagai norma pengatur, kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari sekelompok manusia, yang dilaksanakan atas pengawasan baik secara sadar maupun tidak sadar terhadap anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan, sedangkan di lain pihak merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alat agar anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan individu. Misalnya, larangan perkawinan yang terlalu dekat hubungan darah (incest).
d. Adat Istiadat (Custom)Tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkat menjadi adat istiadat. Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras. Misalnya, hukum adat di Lampung melarang terjadinya perceraian pasangan suami istri. Jika terjadi perceraian, orang yang melakukan pelanggaran, termasuk keturunannya akan dikeluarkan dari masyarakat hingga suatu saat keadaannya pulih kembali.

Menurut resmi tidaknya, keseluruhan norma kelakuan hidup masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu norma tidak resmi dan norma resmi
1) Norma tidak resmi ialah norma yang patokannya dirumuskan secara tidak jelas dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga yang bersangkutan. Norma tidak resmi tumbuh dari kebiasaan bertindak yang seragam dan diterima oleh masyarakat. Patokan tidak resmi dijumpai dalam kelompok primer seperti keluarga, kumpulan tidak resmi, dan ikatan paguyuban.
2) Norma resmi (formal) ialah norma yang patokannya dirumuskan dan diwajibkan dengan jelas dan tegas oleh pihak yang berwenang kepada semua warga masyarakat. Keseluruhan norma formal ini merupakan suatu tubuh hukum yang dimiliki oleh masyarakat modern, sebagian dari patokan resmi dijabarkan dalam suatu kompleks peraturan hukum (law). Masyarakat adat diubah menjadi masyarakat hukum. Patokan resmi dapat dijumpai, antara lain dalam perundang-undangan, keputusan, dan peraturan.

Dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, norma memiliki sanksi-sanksi tersendiri yang berbeda tingkat kekuatannya. Adapun jenis norma berdasarkan kekuatan sanksinya adalah seperti diuraikan berikut ini :
1) Norma agama adalah suatu petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jadi, norma agama berisikan peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah, laranganlarangan, dan anjuran-anjuran yang berasal dari Tuhan. Misalnya, semua agama mengajarkan agar umatnya tidak berdusta atau berzina. Apabila dilanggar, sanksinya adalah rasa berdosa.
2) Norma kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat. Satu golongan tertentu dapat menetapkan peraturan-peraturan tertentu mengenai kesopanan dalam masayarakat itu. Misalnya, pada kelompok masyarakat tertentu, kita dilarang meludah sembarangan.
3) Norma kelaziman adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata krama. Segala tindakan tertentu yang dianggap baik, patut, sopan, dan mengikuti tata laksana seolah-olah sudah tercetak dalam kebiasaan sekelompok manusia. Misalnya, cara makan, minum, berjalan, dan berpakaian.
4) Norma kesusilaan adalah pedoman-pedoman yang mengandung makna dan dianggap penting untuk kesejahteraan masyarakat. Norma kesusilaan bersandar pada suatu nilai kebudayaan. Norma kesusilaan itu dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati manusia. Penyimpangan dari norma kesusilaan dianggap salah atau tidak bermoral sehingga pelanggarnya akan menjadi bahan sindiran atau ejekan. Misalnya, di Jawa, anak yang berjalan melewati orang tua harus membungkukkan badan tanda menghormati orang tua tersebut. Apabila anak tidak melakukan hal tersebut akan disindir karena tindakannya dianggap asusila.
5) Norma hukum Semua norma yang disebutkan di atas bertujuan untuk membina ketertiban kehidupan manusia, namun belum cukup memberi jaminan untuk menjaga ketertiban dalam masyarakat. Norma-norma di atas tidak bersifat memaksa dan tidak mempunyai sanksi tegas apabila salah satu peraturannya dilanggar sehingga dapat membahayakan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan juga norma lain yang bersifat memaksa dan mempunyai sanksi-sanksi yang tegas. Jenis norma yang dimaksud adalah norma hukum. utisnaSutisna SutisnaSutisna Sutisna berpendapat bahwa hukum adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berisi perintah atau larangan yang memaksa dan akan memberikan sanksi tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.
6) Mode (fashion) adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah serta diikuti oleh banyak orang. Ciri-ciri utama mode adalah orang yang mengikuti bersifat massal dan mencakup berbagai kalangan dalam masyarakat.

Di masyarakat tradisional atau pedesaan norma cendrung statis atau tidak berubah. Sementara, pada masyarakat modern atau perkotaan, norma cenderung dinamis mengikuti perubahan-perubahan yang ada, seperti perubahan dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. Norma dapat berfungsi dengan baik jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Norma harus diketahui oleh masyarakat.
b. Norma harus dipahami dan dimengerti
c. Norma dihargai karena bermanfaat bagi anggota masyarakat
d. Norma dapat ditaati dan dilaksanakan

KEPRIBADIAN

Sering kita mendengar pendapat orang mengenai perilaku atau perangai si A yang baik dan perangai si B yang buruk. Orang mengartikan sikap atau perangai dan tingkah laku tersebut sebagai kepribadian (personality) seseorang. Namun sebenarnya sikap atau perangai dan tingkah-laku yang disebutkan itu hanya sebagian kecil dari kepribadian seseorang.

Menurut Yinger, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Ungkapan sistem kecendrungan tertentu tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang khas, seperti sikap, bakat, adat, kecakapan, kebiasaan, dan tindakan yang sama setiap hari. Sementara ungkapan interaksi dengan serangkaian situasi menyatakan bahwa perilaku merupakan produk gabungan dari kecendrungan perilaku seseorang dan situasi perilaku yang dihadapi seseorang. Contoh, sekali waktu Taufik berbohong pada orang tuanya untuk menutupi nilai ulangannya yang jelek. Tindakan berbohongnya itu ia ulangi terus-menerus pada situasi yang hampir sama hingga membentuk pola perilaku dan menjadi kepribadiannya.

Dalam sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan sebuah diri (self). Sosialisasi bertujuan untuk membentuk diri seseorang agar dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat di mana ia tinggal.

Menurut Goerge Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society (1972), ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri manusia berkembang tahap demi tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat. Hal ini merupakan suatu proses yang disebut Mead sebagai role taking (pengambilan peran). Dalam proses ini, seseorang belajar mengetahui peran apa yang harus dijalankan dirinya dan peran apa yang dijalankan orang lain.

Ada tiga tahap perkembangan diri manusia. Ketiga tahap itu adalah sebagai berikut :
a. Play stage. Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang-orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai meniru peran yang dijalankan oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya, atau orang yang sering berinteraksi dengannya (significant others). Contoh, kita sering melihat anak kecil bermain menjadi polisi atau menjadi dokter. Pada tahap ini, seorang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirunya. Ia belum mengetahui mengapa polisi menangkap penjahat atau mengapa dokter menyuntik pasien.
b. Game stage. Pada tahap ini, seorang anak tidak hanya mengetahui peran yang harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran yang dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut sudah menyadari peran yang ia jalankan dan peran yang dijalankan orang lain. contohnya, dalam bermain sepak bola ia menyadari adanya peranan sebagai wasit, sebagai kiper, dan penjaga garis.
c. Generalized others. Pada tahap ketiga dari sosialisasi, anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalized others), tidak sekedar orang-orang terdekatnya (significant others). Dalam tahap ini, ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peran dirinya dan peran orang lain. contoh, sebagai siswa ia memahami peran guru, sebagai anak ia memahami peran orang tua. Jika anak telah mencapai tahap ini, maka ia telah mempunyai suatu diri.
Seperti halnya Mead, Charles Horton Cooley pun menyatakan bahwa konsep diri seseorang berkembang melalui interaksi denga orang lain. diri seseorang merupakan sebuah produk sosial, yaitu sebuah produk dari interaksi sosial. Lebih lanjut Cooley menyatakan bahwa diri seseorang memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Diri seseorang yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini disebut Cooley sebagai looking-glass self.

Cooley menganalogikan pembentukan diri seseorang dengan cermin. Cermin selalu memantulkan apa yang ada di depannya. Demikian pula dengan diri seseorang. Ia memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadap dirinya. Oleh karena itu, Cooley menyebutkan bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap berikut :
1. Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya tampak bagi orang lain.
2. Seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai perilaku atau tindakan itu.
3. Seseorang membangun konsepsi tentang dirinya berdasarkan asumsi penilaian orang lain terhadap dirinya itu. Contoh, seorang siswa beberapa kali mendapat nilai merah untuk mata pelajaran matematika. Ia dimarahi guru matematikanya. Oleh karena itu, ia merasa bahwa guru matematika menganggap dirinya bodoh. Anggapan itu ada di dalam pikiran siswa dan mempengaruhi pandangan siswa tersebut terhadap dirinya sendiri. Contoh lain, sejak kecil seorang gadis dinilai cantik oleh keluarganya dan orang-orang lain. lambat laun penilaian orang ini mempengaruhi dirinya sehingga ia merasa dan bertindak seperti orang yang cantik. Perasaan seseorang tentang penilaian orang lain terhadap dirinya menentukan penilaian terhadap dirinya sendiri.




Tujuan sosialisasi antara lain adalah sebagai berikut :
a) Membekali seseorang dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
b) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif, seperti membaca, menulis, dan berbicara.
c) Mengendalikan fungsi-fungsi oraganik melalui latihan mawas diri yang tepat.
d) Membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat.

Menurut Paul B. Horton faktor-faktor pembentuk kepribadian adalah sebagai berikut :
1. Warisan Biologis. Setiap warisan biologis orang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun mempunyai karakteristik fisik yang sama.
2. Lingkungan Fisik. Lingkungan fisik dapat mempengaruhi timbulnya budaya yang berbeda-beda di masing-masing masyarakat. Kebiasaan, adat-istiadat, dan cara mempertahankan hidup menimbulkan kepribadian yang berbeda-beda pula.
3. Lingkungan Kebudayaan. Lingkungan kebudayaan sangat dominan untuk menentukan apakah sesuatu dianggap pantas atau tidak pantas, baik atau buruk, benar atau salah. Hal ini disebut nilai atau ukuran yang menjadi dasar acuan kepribadian anggota dari suatu kebudayaan.
4. Pengalaman Kelompok. Melalui pengalaman kelompok, seseorang akan melihat bagaimana menilai diri sendiri atau bagaimana membentuk jati dirinya.
5. Pengalaman Unik. Peristiwa atau pengalaman unik akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.


Agen-Agen, Bentuk, Tipe, dan Pola Sosialisasi

Agen-agen Sosialisasi

Dalam sosiologi pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi disebut sebagai agen atau media sosialisasi. Fuller dan Jacobs mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi utama. Keempat agen atau media sosialisasi tersebut adalah keluarga, kelompok sebaya atau sepermainan, sekolah, dan media massa. Jika agen-agen sosialisasi menyampaikan pesan-pesan yang sepadan, maka proses sosialisasi akan berlangsung lancar. Namun, jika terjadi ketidaksepadanan pesan yang diberikan maka orang yang menjalani proses sosialisasi akan mengalami konflik pribadi.

Bentuk Sosialisasi

Menurut Light, Keller & Callhoun bentuk sosialisasi dapat dibedakan menjadi :
1) Sosialisasi Primer. Adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Berger & Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, di mana ia belajar menjadi anggota masyarakat. Hal itu dipelajarinya dalam keluarga. Sosialisasi primer akan mempengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang lain yang berada di sekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
2) Sosialisasi Sekunder. Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.

Tipe Sosialisasi

Ada dua tipe sosialisasi, yaitu :
1) Sosialisasi Formal. Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2) Sosialisasi Informal. Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.


Pola sosialisasi

Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola, yaitu :
1) Sosialisasi Represif. Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, non verbal dan bersifat perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan pada keinginan peran keluarga sebagai significant other.
2) Sosialisasi Partisipatoris. Merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.



Selesai


CopyRight © 2010
By Muhammad Hendri, S.Sos, S.Pd
Written for Students of Class VII SMP Sinar Husni
HP : 081264070041 – (061)77813539
Email : muhammadhendri37@yahoo.com
Wibesite : www.muhammadhendri.blogspot.com

PROSES SOSIAL & INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL


Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi bila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

Pembahasan demikian, mencakup ruang lingkup yang luas, merupakan serangkaian studi sosiologi pada tingkat lanjutan. Untuk keperluan mata pelajaran penganta sosiologi, yaitu bentuk-bentuk yang tampak apabila individu ataupun kelompok mengadakan imbangan satu sama lain.

Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah di dalam masyarakat. Umpanya di Indonesia, dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa, antara golongan-golongan yang disebut mayoritas dan minoritas, dan antara golongan terpelajar dengan golongan agama dan seterusnya.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Adanya kontak sosial (social contact)
2. Adanya komunikasi

Kontak, merupakan tahap pertama dari terjadinya interaksi sosial.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Antara individu
2. Antara individu dengan satu kelompok atau sebaliknya
3. Antara satu kelompok dengan kelompok-kelompok lainnya.

Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder; kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung.

Komunikasi berarti bahwa seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji pada suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehidupan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain.

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (co-operation), persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).

Suatu pertikaian tidak mungkin berlangsung selama-lamanya. Pada suatu ketika pertikaian itu mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya dapat diterima untuk sementara waktu, dalam arti bahwa ke dua belah pertikaian kedua belah pihak berdamai karena kekuatan salaing berimbang (akomodasi). Dan ini dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi, yaitu :
1. Proses yang asosiatif (Processes of association) yang terbagi ke dalam tiga bentuk khusus lagi, yaitu :
a. Akomodasi
b. Asimilasi
c. Akulturasi
2. Proses yang disosiatif (Processes of dissociation) yang mencakup :
a. Persaingan
b. Pertentangan atau pertikaian yang meliputi contravention dan conflict.



Sistematika yang lain pernah pula dikemukakan oleh Kimball Young, sebagai berikut :
1) Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition) dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
2) Kerja sama (co-operation) yang menghasilkan akomodasi (accommodation), dan
3) Diferensiasi (differentiation) merupakan suatu proses di mana individu di dalam masyarakat memperoleh hak dan kewajiban atas dasar perbedaan usia, seks dan pekerjaan.

Menurut Tamotsu Shibutani, dalam pola-pola interaksi terjadi :
a. Akomodasi dalam situasi rutin
b. Ekspresi pertemuan dan anjuran
c. Interaksi strategis dalam pertentangan
d. Pengembangan perilaku massa.

Dengan kerja sama dimaksud sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama tertentu. Kerja sama timbul karena adanay orientasi para individu terhadap kelompoknya (yaitu in-groupnya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-groupnya).

Istilah akomodasi digunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk kepada suatu keadaan dan untuk menunjuk kepada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Tujuan akomodasi adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengurangi pertentangan antara individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham.
2) Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
3) Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah sebagai akibat dari bekerjanya faktor-faktor sosial, psikologi, dan kebudayaan.
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang terpisah.

Bentuk-bentuk akomodasi yang penting adalah :
1) Coercion
2) Compromise
3) Arbitration
4) Mediation
5) Conciliation
6) Toleration
7) Stalemate
8) Adjudication

Hasil-hasil akomodasi antara lain :
1) Usaha-usaha untuk sebanyak mungkin menghindarkan diri dari bentuk-bentuk pertentangan yang baru guna kepentingan integrasi masyarakat.
2) Menekan oposisi.
3) Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda.
4) Perubahan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang baru.
5) Perubahan-perubahan kedudukan.
6) Membuka jalan kea rah asimilasi.

Asimilasi merukapan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi, adalah :
1) Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama.
2) Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan.
3) Proses asimilasi dipercepat, apabila interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer.
4) Asimilasi diperkuat apabila frekuensi interaksi-interaksi sosial tinggi, tetap dan apabila ada keseimbangan antara pola-pola asimilasi tersebut.



Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi adalah :
1) Toleransi
2) Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
3) Suatu sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap yang terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6) Perkawinan campuran (amalgamation)
7) Adanya musuh bersama dari luar.

Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya asimilasi adalah, antara lain :
1) Kehiduan suatu golongan tertentu dalam masyarakat terisolasi
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4) Perasaan bahwa kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih superior daripada golongan atau kelompok lainnya.
5) Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan cirri-ciri fisik dapat pula menjadi penghalang terjadinya asimilasi
6) Adanya in-group feeling yang kuat
7) Apabila golongan minoritas mengalami gangguan golongan yang berkuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi.

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman.

Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu yang bersifat pribadi dan yang bersifat tidak pribadi.

Bentuk-bentuk persaingan adalah :
1) Persaingan ekonomi
2) Persaingan kebudayaan
3) Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat.
4) Persaingan karena perbedaan ras

Fungsi-fungsi persaingan :
1) Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif.
2) Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya.
3) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial.
4) Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja.

Hasil dari suatu persaingan adalah sebagai berikut :
1) Perubahan kepribadian seseorang
2) Kemajuan
3) Solidaritas kelompok
4) Disorganisasi

Kontravensi (contravention) ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpuasan terhadap diri seseorang atau terhadap suat rencana.

Kontravensi mencakup lima subproses, yaitu :
1) Proses umum
2) Bentuk yang sederhana
3) Bentuka yang intensif
4) Yang bersifat rahasia
5) Yang bersifat taktis

Tipe-tipe umum kontravensi adalah kontravensi yang menyangkut generasi seks dan kontravensi.
Tipe-tipe yang merupakan tipe perbatasan antara kontravensi dengan pertentangan atau pertikaian adalah:
1. Kontravensi antara masyarakat setempat
2. Antagoniseme keamanan
3. Kontravensi intelektual
4. Oposisi moral

Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Sebab-musabab atau akar-akar pertentangan adalah :
1. Perbedaan individu-individu
2. Perbedaan kebudayaan
3. Perbedaan kepentingan
4. Perubahan social

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur sosial yang tertentu, maka pertentangan-pertentangan tersebut bersifat positif.

Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-benih permusuhan, alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-value institutions yang menyediakan obyek-obyek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai kea rah lain.

Bentuk-bentuk pertentangan adalah :
1. Pertentangan pribadi
2. Pertentangan rasial
3. Pertentangan antara kelas-kelas sosial, umumnya disebabkan oleh karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan.
4. Pertentangan politik
5. Pertentangan yang bersifat internasional

Akibat-akibat dari bentuk-bentuk pertentangan adalah antara lain :
1. Tambahnya solidaritas “in-group”, atau
2. Mungkin sebaliknya yang terjadi, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok
3. Perubahan kepribadian
4. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.




Selesai


CopyRight © 2010
By Muhammad Hendri, S.Sos, S.Pd
Written for Students of Class VII SMP Sinar Husni
HP : 081264070041 – (061)77813539
Email : muhammadhendri37@yahoo.com
Wibesite : www.muhammadhendri.blogspot.com

HINDU, BUDHA, DAN ISLAM

PERKEMBANGAN HINDU DAN BUDDHA DI ASIA SELATAN


Awal perkembangan Hindu-Buddha berlangsung di jazirah India, yang sekarang meliputi wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh. Di sebelah utara jazirah ini terbentang pegunungan Himalaya, yang memisahkan jazirah tersebut dengan kawasan lain di Asia. Antara pegunungan Himalaya dan Hindu Kush (disebut juga pegunungan afghanistan) terdapat celah Kaibar (khyber pass). Sejak ribuan tahun, celah tersebut dilalui masyarakat India untuk berdagang dengan daerah-daerah lain di Asia. Melalui celah itu pula, berbagai bangsa asing memasuki wilayah India.

Di sebelah utara terdapat sungai-sungai besar, seperti Indus, Gangga, Yamuna, dan Brahmaputra. Wilayah sepanjang sungai-sungai itu subur sehingga amat strategis bagi perkembangan peradaban. Di wilayah sekitar sungai-sungai itulah, berkembang peradaban Hindu dan Buddha.

Perkembangan Hindu

Kata hindu berasal dari bahasa persia, yang berarti “sungai”. Sejak ribuan tahun sebelum masehi, orang persia menjuluki penduduk kota-kota di lembah sungai indus sebagai bangsa hindu. Sebutan itu berlaku pula untuk kepercayaan (agama) yang dianut oleh mereka itu, yang kita kenal sebagai agama hindu. Kata hindu dalam bahasa sansekerta adalah shindu.

Sebelum hindu muncul, di lembah sungai indus (termasuk wilayah pakistan) telah berkembang peradaban yang mengagumkan. Peradaban ini berlangsung antara 3000 – 2000 SM. Peradaban lembah indus ditandai oleh pendirian kota-kota teratur, antara lain Harappa dan Mahenjo Daro.

Penduduk lembah sungai indus berasal dari bangsa Dravida. Mereka telah mengenal tata kota, sistem tulisan gambar (pictogram), dan kepercayaan. Memasuki tahun 1500 SM, peradaban lembah indus mengalami kemunduran. Ketika itulah, terjadi invansi bangsa Arya melalui celah kaibar.

Kelahiran hindu berawal dari kedatangan bangsa arya ke jazirah India. Sejak tahun 1500 SM, bangsa pengembara (nomadik) yang berasal dari Asia Tengah ini datang secara bergelombang. Mereka menaklukkan kota-kota di lembah sungai indus bagian utara, yang tadinya dikuasai oleh penduduk asli dari bangsa dravida (atau dasasi, yang berarti “gelap” karena bangsa ini berkulit hitam, sedangkan arya berkulit putih).

Sejak invasi tersebut, bangsa arya mengambil alih kekuasaan politi, sosial, dan ekonomi. Mereka menguasai pemerintahan, mengatur organisasi masyarakat, dan menguasai perdagangan. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara arya dan dravida. Percampuran budaya itu menghasilkan kebudayaan weda (vedic civilization). Kebudayaan inilah yang menjadi perintis kebudayaan dan agama hindu.

Agama hindu mucul dan berkembang di sepanjang sungai indus, gangga, yamuna dan brahmaputra. Di kawasan tersebut bermunculan kota-kota yanng ramai, seperti Ayodhya, Magadha, Sanchi, Sarnath, dan Ujjain. Penyebaran bangsa arya ke India dapat dibedakan menjadi dua periode, yaitu :
1. Masa weda awal (1500 – 1000 SM) : periode perintis, bangsa arya mulai menetap dan mendirikan kota-kota di lembah sungai indus dan gangga.
2. Masa weda akhir (1000 – 500 SM) : periode perkembangan, bangsa arya membangun masyarakat, pemerintahan, dan agama.

Kehidupan Keagamaan

Kehidupan keagamaan hindu berpedoman pada kitab weda (veda, yang berarti “pengetahuan”). Kitab berbahasa sansekerta tersebut memuat ajaran dan petunjuk kehidupan dalam bentuk himne ataupun syair. Pada mulanya, ajaran dalam weda disajikan secara lisan. Barulah berabad-abad setelah masyarakat hindu berkembang pesat, ajaran itu ditulis dalam buku. Kitab weda hanya dibaca oleh para brahmana.

Kitab-kitab suci umat hindu terdiri atas :
1. Kitab weda
2. Kitab brahmana
3. Kitab upanisad
4. Kitab mahabhrata
5. Kitab ramayana

Kitab suci weda terdiri atas empat bagian yaitu :
1. Regweda (bagian yang berisi syair-syair pemujaan dewa)
2. Samaweda (bagian yang berisi nyanyian untuk memuja dewa)
3. Yayurweda (bagian yang berisi mantra-mantra untuk keselamatan)
4. Atharwaweda (bagian yang berisi mantra-mantra penolak bahaya)

Kitab brahmana adalah kitab tafsir mengenai weda karena kitab weda sangat sulit dipahami. Golongan yang memahami isi kitab weda hanyalah golongan brahmana. Oleh karena itu, golongan brahmana menganggap merekalah yang paling tinggi kedudukannya.

Kitab upanisad juga kitab suci, isinya mengenai rahasia hidup. Upanisad juga berarti duduk dekat guru untuk menerima pelajaran-pelajaran gaib mengenai rahasia dunia. Semua kitab suci ditulis dengan bahasa sansekerta. Bahasa itu dianggap suci oleh umat hindu.

Selain kitab-kitab tersebut di atas, umat hindu mengenal pula cerita-cerita kepahlawanan (epos). Cerita-cerita itu ditulis dalam kitab Mahabharata dan kitab Ramayana.

Pokok cerita dalam kitab Mahabharata adalah kisah peperangan antara pandawa lima (lima bersaudara) dan kurawa (seratus bersaudara). Perang yang terjadi diantara kedua belah pihak disebabkan perebutan kota Hastinapura. Perang itu terjadi di Kurusetra selama delapan belas hari yang diakhiri dengan kemenangan Pandawa Lima. Seluruh anggota keluarga kurawa mati terbunuh.

Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Di dalam kitab ini dikisahkan bahwa istri Rama yang bernama Dewi Shinta diculik oleh Rahwana (Dasamuka). Akibat penculikan itu timbul perang besar yang diakhiri dengan terbunuhnya Rahwana.

Untuk menjaga kemurnian golongan, umat hindu mengadakan pelapisan atau pembagian kasta, yaitu :
1. Kasta Brahmana, (golongan pendeta)
2. Kasta Ksatria, (golongan bangsawan, raja-raja, dan prajurit)
3. Kasta waisya, (golongan pedagang dan pegawai)
4. Kasta Sudra, (golongan budak dan pekerja kasar)
5. Kasta Pariya, (golongan yang ditolak)

Pada mulanya, kepercayaan hindu bercorak polytheisme (memuja banyak dewa). Masing-masing dewa mewakili kekuatan alam. Dewa-Dewi menurut kepercayaan Hindu Kuno, antara lain :
1. Indra, sebagai dewa guntur
2. Agni, sebagai dewa api
3. Mitra, sebagai dewa matahari
4. Varuna, sebagai dewa air
5. Rudra, sebagai dewa angin
6. Phritivi, sebagai dewi bumi
7. Yama, sebagai dewa kematian
8. Ganesha, sebagai dewa ilmu pengetahuan
9. Kartikeya, sebagai dewa perang
10. Hanuman, sebagai dewa kera
11. Saraswati, sebagai dewi seni
12. Lakshmi, sebagai dewi keberuntungan
13. Khrisna dan lain-lain

Sejak sekita tahun 700 SM, muncul pembaharuan dalam kepercayaan Hindu. Kepercayaan masih bercorak polytheis, namun telah mengakui 3 dewa sebagai dewa tertinggi. Tiga dewa itu disebut Trimurti, terdiri atas Brahma (Dewa Pencipta) kendaraannya berupa angsa, Wisnu (Dewa Pemelihara) kendaraannya berupa burung garuda, dan Syiwa (Dewa Perusak) kendaraanya berupa lembu.

Kehidupan keagamaan masyarakat hindu juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan suci :
• Ibadah dilakukan di rumah dan kuil (candi). Rumah ibadah umat Hindu di Bali disebut dengan Pura.
• Ziarah dilakukan ke tempat-tempat suci, seperti kota Benares dan Sungai Gangga. Kota Benares suci karena dianggap sebagai kediaman Dewa Syiwa. Di kota ini juga terdapat ribuan candi dan tempat-tempat pembakaran mayat (kremasi). Sungai gangga menurut kepercayaan umat hindu di India, airnya dapat membersihakan atau mensucikan dosa-dosa. Apapun dosa yang telah dibuat seseorang, asalkan ia mau merendamkan badannya di sungai gangga maka ia akan suci kembali. Abu jenazah juga dihanyutkan di sungai gangga dengan anggapan bahwa aliran sungai akan membawanya sampa ke nirwana (surga).
• Perayaan suci dilakukan pada hari-hari besar, seperti, Raksha-Bandhan, Diwali, Navaratri, dan Dusserah. di Indonesia perayaan suci umat hindu antara lain Hari raya Nyepi, Galungan, Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, dan Siwaratri.

Beberapa hal lainnya yang masih berhubungan dengan masalah kepercayaan umat hindu, adalah :
1. Reinkarnasi, penganut agama hindu percaya bahwa setiap orang yang telah meninggal akan hidup kembali, mati kembali, hidup kembali, dan seterusnya. Derajat hidup yang akan datang tergantung dari perbuatannya sekarang (karma).
2. Samsara, lahir, hidup, mati, berulang kali disebut samsara (sengsara). Setiap orang sedapat mungkin menjalani empat tahap kehidupan agar bisa terlepas dari samsara. Empat tahapan kehidupan agar manusia dapat terlepas dari sengsara adalah :
a) Brahmacarin. Pada tahap ini, seorang anak yang berumur 10 tahun harus meninggalkan orang tuanya. Ia masuk ke dalam hutan untuk mencari dan menemukan seorang guru/pendeta guna menuntut ilmu. Ia mempelajari weda dan ilmu-ilmu lainnya sambil mengabdi kepada gurunya.
b) Grahasta. Pada tahap ini, orang tersebut kembali ke masyarakat ramai dan menjalani hidup seperti biasa. Ia boleh berkeluarga dan memiliki keturunan. Setelah anak-anaknya dewasa dan mandiri, ia harus kembali ke hutan untuk bertapa.
c) Wanaprashta. Sebagai wanaprashta atau penghuni hutan, ia harus kembali mencari tempat sunyi untuk bersemadi. Semadi itu ia jalani hingga mencapai moksa (kesempurnaan hidup).
d) Sanyatsi/Pariwrajaka. Jika tahap ketiga telah terlewati, orang tersebut tinggal menunggu mati dan masuk ke nirwana (surga).

Pemujaan terhadap para dewa dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut brahmana. Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha. Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut, yakni:
1. Widhi Tattwa: percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2. Atma Tattwa: percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3. Karmaphala Tattwa: percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4. Punarbhawa Tattwa: percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5. Moksa Tattwa: percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia



Perkembangan Buddha

Kelahiran buddha tidak bisa dilepaskan dari sosok Siddharta Gautama. Tokoh dari kasta ksatria ini lahir di Kapilawastu (563 SM), di kaki pengunungan Himalaya (sekarang termasuk wilayah Nepal), dari suku Sakya. Sejak bayi ia diramalkan menjadi tokoh agama besar setelah mengalami banyak penderitaan. Untuk mencegah ramalan itu menjadi kenyataan, Raja Suddodhana mengurung puteranya dalam lingkungan istana. Tindakannya itu dimaksudkan agar Siddharta sama sekali tidak menyaksikan dan mengalami berbagai bentuk penderitaan. Sampai menikah dan memiliki putera, Siddharta Gautama bergelimang dengan kemewahan dan kenikmatan. Ibunda siddharta adalah Permaisuri Maya.

Saat berusia 29 tahun, Siddharta berkeliling ke desa-desa di sekitar istana. Ketika itulah, ia menjumpai kenyataan yang belum pernah dilihat selama hidupnya : orang tua, jenzah, yang diangkut dengan keranda, orang sakit, dan rahib (pendeta). Untuk pertama kalinya, ia melihat tanda-tanda penderitaan : usia tua, penyakit, dan kematian. Sejak saat itu, ia selalu merasa gelisah. Pengalaman akan penderitaan terus menghantui pikirannya. Ketika itulah, ia memutuskan untuk mencari jawaban apa sebenarnya hidup ini.

Untuk menemukan makna kehidupan, Siddharta Gautama meninggalkan istana dan keluarganya. Ia menanggalkan semua kemewahan yang melekat di tubuhnya, dan berganti pakaian seperti rahib. Selama enam tahun, ia belajar cara hidup sebagai rahib, seperti pertapa, berpuasa, dan hidup prihatin. Ia mengembara dari satu tempat ke tempat lain, berguru pada sejumlah rahib ternama, antara lain Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta.

Suatu ketika, Siddharta Gautama tiba di tepi desa Gaya, dekat Bihar, di kawasan lembah sungai gangga. Di bawah pohon, ia bersila untuk bertapa. Di tempat itulah, ia memperoleh penerangan : menjadi paham tentang makna kehidupan. Peristiwa itu menandai Siddharta Gautama menjadi Buddha. Untuk selanjutnya, tempat Buddha memperoleh penerangan dinamakan Bodh Gaya. Pohon tempat ia bertapa dinamakan pohon Bodhi.

Masyarakat buddhis terbentuk setelah sang buddha mengajarkan pengalaman penerangannya kepada sejumlah orang. Khotbah pertamanya terjadi di taman rusa Isipathana, di Sarnath, Benares. Di tempat itu, ia memperoleh empat muridnya yang pertama. Khotbah keliling yang dilakukan buddha dan para muridnya mengundang banyak pengikut. Ada pengikut yang mengikuti cara hidup buddha sebagai rahib. Mereka disebut bikkhu (rahib pria) dan bikkhuni (rahib wanita). Mereka hidup dalam satu komunitas (kelompok) yang dinamakan sangha. Di samping itu, ada pula pengikut yang tetap dalam pekerjaannya sehari-hari. Mereka dinamakan ummat.

Masyarakat buddhis tidak mengenal kasta. Baik rahib maupun ummat sama-sama disebut putera dan puteri buddha. Keduanya mendukung satu sama lain dalam mengamalkan ajaran buddha, yang disebut dharma. Ummat bertanggunjawab memenuhi kebutuhan para rahib, berupa makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Sebaliknya, rahib bertanggungjawab memenuhi kebutuhan rohani ummat, melalui nasehat dan teladan hidup sesuai ajaran buddha. Buddha, dharma, dan sangha merupakan suatu kesatuan yang disebut Triratna (tiga permata). Pengikut buddha berarti orang yang mengabdikan diri pada triratna. Pemeluk agama Buddha wajib melaksanakan tiga ikrar (Tri Ratna), yaitu: berlindung kepada Buddha, berlindung kepada Dharma (ajaran) agama Buddha, dan berlindung kepada Sangha (perkumpulan) masyarakat pemeluk agama Buddha.




Kehidupan Keagamaan

Kehidupan keagamaan buddha berpedoman kepada Kitab Tripitaka. Tripitaka berarti “ tiga keranjang” karena ditulis pada daun lontar yang disimpan dalam keranjang. Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Pali, bahasa percakapan sehari-hari. Itulah sebabnya, kitab tersebut boleh dibaca oleh semua kalangan.

Ajaran buddha terangkum dalam empat kebenaran utama dan delapan jalan kebenaran serta Pratityasamutpada. Ajaran itu berdasarkan pengalaman Siddharta Gautama, mulai dari kekagetannya menyaksikan penderitaan lalu pengembaraannya mencari makna kehidupan.
1. Empat kebenaran utama (Aryasatyani) :
• Hidup ditandai oleh penderitaan (dukkha).
• Penderitaan disebabkan oleh Tresna yaitu bersumber pada keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan.
• Sumber penderitaan dapat dihentikan dengan menindas tresna untuk mencapai kebahagiaan (nirwana).
• Ada delapan cara untuk mencapai kebahagiaan (Astavidha) :
 Memiliki pandangan atau ajaran yang benar.
 Memiliki niat atau sikap yang benar.
 Berkata yang benar.
 Berkelakuan benar
 Berusaha dengan benar
 Memiliki perhatian yang benar.
 Penghidupan atau mata pencaharian yang benar.
 Dan bersemedi yang benar.
2. Pratityasamutpada. Artinya, rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas hal. Kedua belas hal itu saling berkaitan dan masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya atau menjadi akibat dari hal terdahulu.

Kehidupan keagamaan masyarakat buddhis juga ditandai oleh ibadah, ziarah, dan perayaan suci :
• Ibadah dilakukan di rumah dan candi. Ibadah terutama dilakukan dengan cara meditasi. Rumah ibadah umat buddha disebut dengan Vihara.
• Ziarah dilakukan ke tempat-tempat suci, yang terkait dengan perjalanan hidup sang Buddha. Seperti, Kapilawastu tempat Siddharta Gautama Lahir, Bodhgaya tempat siddharta Gautama mencapai moksa, Taman Rusa di Desa Sarnath dekat Benares tempat mula-mula Buddha mencapai moksa dan mengajarkannya, Kusinagara tempat Buddha wafat.
• Perayaan suci dilakukan pada hari-hari besar, seperti Hari Raya Waisak.

Ada dua aliran besar dalam agama buddha, yakni :
1. Aliran Hinayana (Theravada). Penganut buddha hinayana menjalani hidup yang ketat. Mereka banyak menggunakan waktu untuk meditasi. Dari India, aliran ini menyebar ke Srilanka, dan daratan Asia Tenggara.
2. Aliran Mahayana. Penganut buddha mahayana aktif dalam kesejahteraan dan pendidikan. Aliran ini menyebar ke Asia Timur, berpusat di Cina dan Jepang.

Kitab suci agama buddha adalah tripitaka yang terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Winayapitaka. Berisi tentang hukum dan aturan-aturan hidup di dunia.
2. Sutrantapitaka. Berisi ajaran-ajaran Buddha Gautama.
3. Abidharmapitaka. Berisi tentang penjelasan-penjelasan dan kupasan mengenai soal-soal keagamaan.

Pada akhir abad ke-3 SM, yang memerintah India adalah Raja Ashoka (272 – 232 SM). Mula-mula ia penganut agama hindu yang paling bengis. Pemerintahannya selama 13 tahun diwarnai dengan peperangan dan penaklukan. Penjara-penjara untuk para tawanan terkenal dengan sebutan “Neraka Ashoka”. Dalam perangnya dengan kerajaan Kalingga, Ashoka mengambil keputusan memeluk agama buddha. Ia kemudian menjadikan agama buddha sebagai agama negara. Sebagai penganut yang taat, ia juga giat menyiarkan agama itu. Salah satu caranya ialah ia menyuruh memahatkan ajaran agama buddha pada tiang-tiang batu yang dikenal dengan sebutan “Tiang-tiang Ashoka”. Untuk menyiarkan agama buddha keluar India, raja Ashoka mengirim puteranya bernama Mahendra bersama sejumlah biksu lainnya ke berbagai negara, seperti Pakistan, Afganistan, Tibet, Srilanka, Mongolia, Burma, Thailand, Cina, Korea, Jepang, dan Indonesia.

PERKEMBANGAN AGAMA DAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA


Sumber sejarah tentang masuknya agama hindu-buddha dan keterlibatan Indonesia dalam hubungan mancanegara, diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :
1. Berita dari Cina
Menurut catatan dari dinasti Han, dinasti Sung, dinasti Yuan, dan dinasti Ming, sejak awal masehi telah terjadi hubungan dagang antara Cina dan Indonesia. Hubungan dagang itu terbukti dari banyaknya barang-barang keramik (porselin) Cina yang ditemukan di Indonesia. Melalui hubungan dagang ini juga, diduga masuknya agama hindu-buddha ke Indonesia melalui penyebaran yang dilakukan oleh pedagang-pedagang mancanegara seperti Cina dan India. Berita lainnya berasal dari Fa-Hien, seorang musafir cina yang terdampar di Tolomo selama 5 bulan, dalam perjalanannya dari India ke Cina. Selama tinggal di kerajaan itu, ia sangat terkesan dengan keterampilan para pedagang di sana dalam menawarkan dagangannya, terutama beras dan kayu jati. Ternyata, yang dimaksud dengan Tolomo ini adalah Tarumanegara, kerajaan yang muncul di Jawa Barat sekitar abad ke-5 M. Berita cina lainnya berupa catatan I Tsing ( I Ching ), seorang peziarah dan rahib buddha. Dalam catatannya, ia menuliskan kesan tentang Sriwijaya sebagai salah satu pusat Buddhisme di Asia, pada abad ke-7 M. Sriwijaya pantas disejajarkan dengan pusat buddhisme di India dan Cina, karena di tempat itulah para rahib dapat belajar bahasa Sansekerta dan Pali sebelum berangkat ke India.
2. Berita dari Yunani.
Sumber berita dari Yunani berasal dari tulisan seorang ahli geografi bernama Claudius Ptolomeus. Dalam tulisannya itu, ia memberitakan bahwa kapal-kapal dari Alexandria berlayar melalui Teluk Persia ke bandar-bandar di India seperti Baybaza di Cambay dan Majuri di Cochin (India Selatan). Dari daerah ini, kapal-kapal melanjutkan pelayaran ke bandar-bandar di pantai timur India, kemudian berlayar terus ke arah timur sampai ke suatu kepulauan Aurea Chersonnesus. Di kepulauan itu, kapal-kapal singgah di Barousae, Sinda, Sabadiba, dan Labadium. Aurea Chersonnesus tidak lain adalah Indonesia, sedangkan Barousae adalah Baros (bandar dagang kuno di pantai barat sumatera), Sinda adalah Sunda, Sabadiba adalah Svarnadwipa (sumatra), dan Iabadium adalah Javadwipa (Jawa). Sumber berita lainnya dari Yunani berupa semacam petunjuk pelayaran ke laut yang disebut Erythraea, kata Yunani kuno untuk lautan India. Petunjuk itu menyebutkan 27 pelabuhan tempat dilakukannya perdagangan mancanegara. Tempat yang disebut itu termasuk bandar-bandar di Indonesia.
3. Berita dari India.
Berita India yang tertua terdapat dalam kitab kuno Ramayana. Kita tersebut menyebutkan bahwa ketika Dewi Shinta diculik oleh Rahwana, Hanuman mencarinya sampai ke Javadwipa. Meskipun bukan kejadian nyata, kitab itu ditulis berdasarkan pengetahuan akan kedudukan Pulau Jawa yang strategis dalam dunia perdagangan masa itu. Sumber lainnya berasal dari Piagam Nalanda. Piagam tersebut menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya memegang peran kunci utama untuk masuk ke wilayah nusantara. Diberitakan bahwa kerajaan tersebut memiliki dua pelabuhan penting di selat Malaka, yaitu bandar sriwijaya di Pulau Sumatera dan bandar katana di lingor di semenanjung melayu. Kedua bandar itu merupakan pusat perdagangan hasil hutan dan perkebunan berupa lada, kayu gaharu, dan kelembak. Kedua bandar itu juga merupakan pusat perdagangan barang tambang, seperti emas dan timah. Di samping itu, kedua bandar sriwijaya tersebut berperan juga sebagai bandar transit barang-barang yang terkenal dari tempat lain di nusantara.
4. Berita dari Arab.
Para saudagar dan ahli-ahli geografi bangsa arab menulis tentang Indonesia sejak abad ke-6 M. Mereka sering menyebut kerajaan bernama Zabaq atau Sribuza, yang dimaksud adalah Kerajaan Sriwijaya. Raihan Al Beruni menulis sebuah kitab tentang India. Dalam buku itu, ia menyebutkan bahwa pulau-pulau di zabaq bernama Suwarndib yang berarti “pulau-pulau emas”. Kemudian, berita arab yang lain menyebutkan seluruh nusantara dengan nama sribuza yang banyak menghasilkan kayu wangi. Jadi, zabaq atau sribuza terkenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan negeri yang kaya akan emas.
5. Berita dari Indo-Cina
Berita Vietnam dari abad ke-8 M mencatat peristiwa serangan dari Jawa dan “pulau-pulau selatan”. Serangan itu dilakukan oleh pasukan Syailendra terhadap pusat kerajaan Chenla di Vyadhapura. Berita tersebut diperkuat oleh catatan Champa, juga dari abad ke-8 M. Catatan tersebut menyebutkan penyerangan pasukan jawa sempat menghancurkan sejumlah kuil, dan berkuasa sementara di sebagian wilayah Kampuchea. Kedua berita tersebut menisyaratkan Syailendra sebagai kerajaan yang disegani di Asia Tenggara. Berita indo-cina lainnya berupa prasasti di Nakhon si Thammarat, sebelah selatan Thailand, dari abad ke-8 M. Prasasti ini melaporkan dibangunnya sejumlah tempat suci dan biara, buddha oleh raja sriwijaya. Laporan serupa terdapat dalam prasasti di Kra, sebelah selatan Thailand, dari abad ke-8 M. Prasasti itu melaporkan raja sriwijaya mendirikan sejumlah bangunan suci buddha dalam rangka merayakan kemenangan menaklukkan semenanjung melayu. Kedua berita tersebut mengisyaratkan keaktifan sriwijaya menyebarluaskan agama Buddha di wilayah kekuasaannya.
6. Berita dari dalam negeri.
• Prasasti tertua di Indonesia, seperti prasasti Mulawarman di Kalimantan Timur, prasasti Purnwawarman (Tarumanegara) di Jawa Barat, prasasti Canggal di Jawa Tengah, dan prasasti Dinoyo di Jawa Timur. Semua prasasti itu ditulis dalam bahasa sansekerta dan huruf Pallawa. Bahasa dan huruf itu biasa dipakai di India pada masa kuno. Berarti, telah dikenalnya sistem tulisan India di Indonesia menunjukkan adanya hubungan antara Indonesia dan India.
• Bangunan-bangunan kuno dan benda-benda purbakala, seperti candi dan arca. Bangunan itu memperlihatkan pengaruh Hindu-Buddha yang berasal dari India. Diantara bangunan kuno bercorak Hindu-Buddha itu, ada juga beberapa bagian yang memperlihatkan pengaruh Cina.
• Kitab-kitab kuno, yang terdiri atas buku syair, kitab agama, kitab hukum, dan cerita prosa, seperti kitab Pararaton, Smaradhana, Arjunawiwaha, dan Negarakertagama. Sistem tulisan yang digunakan dalam kitab-kitab ini memperlihatkan pengaruh India.

Proses dan Jalur Masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia

Hindu-Buddha merupakan agama yang diakui keberadaannya di Indonesia. Hari-hari besar keagamaannya diperlakukan sama dengan agama besar lainnya di Indonesia, Islam. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama ini di Nusantara? Ternyata ada beberapa aliran pendapat tentang proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia.
a. Waisya
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para
pedagang yang banyak menikah dengan penduduk asli. Mereka menikah karena harus tinggal untuk waktu minimal 6 bulan sambil menunggu pergantian musim untuk kembali ke negaranya. Pendapat ini didukung oleh N.J. Krom dan Purbacaraka.
b. Brahmana
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para
brahmana yang mendapat undangan dari para penguasa untuk menobatkan para raja, mempimpin upacara keagamaan, dan mengajarkan ilmu pengetahuan. Dari istana, agama ini kemudian menyebar ke seluruh kerajaan. Pendapat ini didukung oleh J.C. van Leur.
c. Ksatria
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena dibawa oleh para ksatria
yang kalah perang di India. Mereka mendirikan koloni di Nusantara dan menyebarkan agama Hindu-Buddha di Nusantara. Pendapat ini didukung oleh C.C. Berg dan Majumdar.

d. Arus Balik
Menurut aliran ini, pengaruh Hindu-Buddha masuk karena para brahmana,
pedagang, juga orang-orang Indonesia sendiri. Ada yang berdagang, ada pula yang sengaja datang ke India untuk belajar. Ketika kembali, mereka menyebarkan agama baru yang mereka dapatkan di India. Pendapat ini didukung oleh George Coedes dan FDK Bosch.



Pengaruh Agama Hindu-Buddha di Indonesia

Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha terjadi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi bidang sosial, teknologi, kesenian, juga pendidikan.
a. Bidang Sosial
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Buddha berpengaruh terhadap sistem kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Buddha. Timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
b. Bidang Teknologi
Perhatikanlah Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dapatkah kamu bayangkan bahwa ratusan tahun yang lalu, telah ada teknologi yang mampu digunakan untuk membuat bangunan begitu indah? Peninggalan Hindu-Buddha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
c. Kesenian
Kamu pernah melihat tarian Bali atau menyaksikan seni beladiri Kongfu? Itulah contoh pengaruh tradisi kebudayaan Hindu-Buddha yang masih kita temui saat ini. Pengaruh tradisi Hindu-Buddha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian, khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui hiasanhiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Buddha terlihat pada penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Buddha yang menjadi aset bangsa saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
d. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan mahasiswa biarawan Buddha untuk belajar agama.



Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha dan Peninggalannya di Indonesia

Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang berasal dari India menyebar ke Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, pengaruh Hindu-Buddha sangat besar sehingga muncul kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Banyak kerajaan bercorak HinduBuddha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kutai, Tarumanegara, Holing, Sriwijaya, Mataram Kuno, Kanjuruhan, Singosari, Kediri, Sunda, Bali, dan Majapahit. Beberapa di antaranya akan dijelaskan berikut ini.

a. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi Sungai Mahakam. Berdasarkan informasi yang ditemukan pada tujuh prasasti berupa yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta, diketahui bahwa Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang dikenal juga dengan sebutan Negeri Tujuh Yupa diperkirakan berdiri pada tahun 400 M. Dalam prasasti tersebut terdapat informasi yang menyangkut kehidupan politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi Kerajaan Kutai seperti berikut.

Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki putra Mulawarman. Dilihat dari nama, Kudungga bukanlah nama Hindu, tetapi nama Indonesia asli. Nama Aswawarman dan Mulawarman adalah nama-nama berbau Hindu. warman berarti pakaian perang. Penambahan nama itu diberikan dalam upacara penobatan raja secara agama Hindu. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara Hindu untuk penyucian diri sebagai syarat masuk pada kasta Ksatria. Berdasarkan nama dan gelar yang disandangnya, Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Aswawarman.

Setelah Raja Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putranya pada abad ke-4. Raja Mulawarman disebutkan sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai merupakan kerajaan yang kaya dan makmur. Sang Raja memberikan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Peninggalan dari Kutai adalah 7 (tujuh) prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta. Semua prasastinya tertulis pada Yupa, yaitu tugu dari batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambatkan hewan yang akan dikorbankan. Dalam Yupa Kutai itu dapat kita ketahui tantang:
a. Berisi silsilah : Kundungga berputera Acwawarman yang seperti dewa matahari. Acwawarman berputera tiga – seperti api tiga. Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman raja yang baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan), mengadakan korban, maka didirikanlah tugu oleh para Brahmana.
b. Tempat sedekah : Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka telah memberi sedekah 20.000 ekor lembu kepada para Brahmana di tempat tanah yang sangat suci “Waprakecvara”.
c. Macam-macam sedekah yang lain seperti : wijen, malai bunga, lampu dan lain-lain.

Dari berita prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui bagaimanakah keadaan sosial, ekonomi dan pemerintahan di Kutai.
a. Raja Mulawarman disebut sebagai raja yang terbesar di Kutai, sebab menaklukkan raja-raja sekitarnya.
b. Segi sosial, masyarakat mengenal kasta-kasta karena pengaruh India. Keluarga Kundungga pernah melakukan upacara Vratyastoma, yaitu upacara penyucian diri untuk masuk pada kasta Ksatria.
c. Segi ekonomi : disebutkan raja menghadiahkan 20.000 ekor lembu, berarti peternakan maju, begitupun dalam bidang pertanian, karena Kutai terletak di tepi sungai. Dengan demikian Kutai merupakan kerajaan yang makmur. Namun perlu dicatat bahwa Kutai ini luput dari perhatian Cina.

2. Kerajaan Tarumanegara

Letak kerajaan Tarumanegara adalah di Jawa Barat diantara tiga daerah, Karawang – Jakarta - Bogor. Peninggalannya tujuh prasasti berhuruf Pallawa berbahasa Sansekerta. Tidak berangka tahun, dilihat dari langgam hurufnya atau bentuk hurufnya prasasti tersebut ditulis ± abad V M. Sumbernya : prasasti dan berita dari luar negeri, terutama dari Cina. Nama ketujuh prasasti tersebut yaitu :

1. Prasasti Ciaruteun
Terdapat gambar dua telapak kaki dengan tulisan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta: Inilah dua kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Sang Purnawarman di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.
2. Prasasti Kebon Kopi
Terdapat gambar dua kaki gajah. Isinya: 'Inilah dua telapak kaki gajah yang seperti Airawata, gajah penguasa negeri Taruma yang gagah perkasa.' Tapak kaki dipuja merupakan ajaran Hindu Vaisnawa: raja dianggap keturunan Dewa.
3. Prasasti Jambu
Terdapat gambar sepasang kaki dengan tulisan 'gagah mengagumkan dan jujur terhadap tugas adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termasyur Sri Purnawarman yang memerintah di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Inilah sepasang kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuhnya.
4. Prasasti Tugu
Terdapat di dekat Tanjung Priok, Jakarta Utara. Isinya: Dahulu sebuah sungai yang bernama Candrabhaga, yang digali oleh seorang guru Rajadiraja mengalir ke laut setelah melalui puri. Dari tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman telah digali Sungai Gomati yang penjangnya 6122 tombak (± 12 km). Penggalian selesai 21 hari dimulai tanggal 6 paro peteng bulan Phalguna dan selesai tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Lalu diadakan selamatan dan oleh Purnawarman dihadiahkan kepada Brahmana 1.000 ekor sapi.

5. Prasasti Lebak
Terdapat di Lebak, Banten. Isinya: Inilah tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhsungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja.
6. Prasasti Pasir Awi
Prasasti ini belum dapat dibaca karena menggunakan huruf ikal
7. Prasasti muara Cianten
Prasasti ini belum dapat dibaca karena menggunakan huruf ikal

Di samping prasasti tersebut, juga ada berita Cina yang menggambarkan keadaan di wilayah nusantara. Berita itu berasal dari musafir Cina yaitu Fa-Hein. Berita Cina menyebutkan adanya kerajaan bernama To-lo-mo. Kerajaan ini beberapa kali mengirim utusan ke Cina.

Berdasarkan sumber-sumber mengenai kerajaan Taruma tersebut, dapat diketahui bagaimana keadaan :
a. Pemerintahan dan kehidupan masyarakat.
1). Kerajaan Taruma yang berkembang lebih kurang pada abad V M.
2). Rajanya yang terkenal Purnawarman.
3). Penganut agama Hindu, aliran Vaisnawa.
4). Memerintah dalam waktu cukup lama yang disebutkan
5). Terkenal sebagai raja yang dekat dengan Brahmana, dan memikirkan kepentingan rakyat (penggalian sungai Gomati).
b. Segi Sosial : kehidupan rakyatnya aman dan tenteram.
c. Segi ekonomi : pertanian merupakan mata pencaharian yang pokok.
d. Perdagangan berkembang pula. Sudah mengenal penanggalan (tanggal 8 paro petheng bulan Palguna sampai tanggal 13 paro terang bulan Caitra).
e. Perekonomian maju, raja memberikan sedekah 1.000 ekor lembu pada para Brahmana.

Kerajaan Ho-ling

Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah. Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut Berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenal ilmu perbintangan.

Dalam Berita Cina disebut adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina.

Kerajaan Kanjuruhan

Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan kota Malang sekarang. Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA = 682 Caka = 760 M. Isinya menceritakan bahwa pada abad 8 ada kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan dengan rajanya yang bernama Dewa Simha. Ia mempuyai seorang putra yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara abhiseka Liswa bernama Gajayana. Liswa ini mempunyai putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.

Sistem pemerintahan dan agama yang dianut di Kanjuruhan. Selama pemerintahan Gajayana, dikatakan beliau beragama Hindu Siwa.Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.

Kerajaan Sriwijaya

Kata sriwijaya berasal dari kata sri = mulia dan kata wijaya = kemenangan. Kemenangan yang dimaksud di sini ialah kemenangan Dapunta Hyang dalam melakukan perjalanan suci (manalp siddhayatra). Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 M. Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Seperti halnya Kutai dan Tarumanegara, keberadaan Sriwijaya juga diketahui dari prasasti dan Berita Cina. Dari tempat ditemukannya prasasti yang menyebutkan tentang Sriwijaya, dapat diketahui bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar. Ada sembilan prasasti yang menceritakan tentang keberadaan Sriwijaya. Tiga di antaranya ditemukan di luar negeri.

Sriwijaya mencapai kemajuan di segala aspek kehidupan masyarakat ketika diperintah Raja Balaputradewa. Balaputradewa bahkan sudah menjalin hubungan dengan Kerajaan Benggala dan Kerajaan Chola di India. Pada masa Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dunia di Asia Tenggara dan menjadi pusat perkembangan agama Buddha. Ia mendirikan Universitas Nalanda untuk mendidik para biksu dan bikhuni dengan murid berasal dari Jawa, Cina, Campa, Tanah Genting Kra, bahkan India.
Selain prasasti, informasi tentang Sriwijaya banyak diperoleh dari catatan Dinasti Tang di Cina dan dari catatan I Tsing, seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sanskerta di Sriwijaya. Dinasti Tang mencatat bahwa utusan Sriwijaya pernah datang ke Cina, yaitu tahun 971, 972, 975, 980, dan tahun 983. Itulah sebabnya ditemukan catatan tentang Sriwijaya dalam Prasasti Kanton.

Prasasti yang menceritakan keberadaan Sriwijaya :

1. Prasasti Talang Tao (684)
menceritakan pembuatan taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran rakyat disertai doadoa agama Buddha Mahayana.
2. Prasasti Kedukan Bukit (688):
menceritakan perjalanan suci Dapunta Hyang dengan perahu dari Minangtamwan (Minangkabau) pada tanggal 7 paro terang bulan Jyestha tahun 682 dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Pada tanggal 5 paro terang bulan Asadha mereka dating dan membuat kota dan kerajaan Sriwijaya memperoleh kemenangan.
3. Prasasti Karang Berahi, Jambi (686):
menceritakan permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang berbuat jahat terhadap Sriwijaya.
4. Prasasti Kota Kapur, Bangka (686):
menceritakan tentang (1) usaha Sriwijaya menaklukkan Bhumi Jawa yang tidak setia pada Sriwijaya, (2) doa permintaan kepada para dewa agar menjaga kesatuan Sriwijaya. Disebutkan juga bahwa bhumi Jawa tidak mau kepada Sriwijaya kemakmuran rakyat disertai doa-doa agama Buddha.
5. Prasasti Ligor, di Genting Kra (775):
menceritakan tentang (1) pembangunan Trisamaya Caitya oleh pendeta Buddha atas perintah raja Sriwijaya, (2) Raja Wisnu dari keluarga Syailendra.
6. Prasasti Telaga Batu
menceritakan tentang kutukan-kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taan dan melakukan kejahatan.

Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Buddha di Asia Tenggara. I Tsing belajar tata bahasa Sanskerta dan teologi Buddha di Sriwijaya. I Tsing menerjemahkan kitab kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Sriwijaya juga terkenal sebagai kerajaan maritim dan memiliki armada laut. Perhatikanlah Peta Kerajaan Sriwijaya. Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara karena menguasai dua selat besar yang penting dalam perdagangan, Selat Malaka dan Selat Sunda.
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari Dharmawangsa (992), Rajendra Coladewa dari Kerajaan Colamandala (1023, 1030, dan tahun 1060), Kertanegara (1275), dan Gajah Mada (1377). Sriwijaya akhirnya hancur ketika Majapahit mulai berkembang di Jawa.

Perkembangan Kerajaan Sriwijaya.

a. Faktor-faktor yang menguntungkan Perkembangan Sriwijaya, sehingga menjadi kerajaan besar, maritim nasional Indonesia, antara lain :
• Faktor geografi s, letaknya yang strategis dalam jalur dagang antara India dan Tiongkok, lebih ramai setelah jalan darat India – Tiongkok terputus.
• Muara sungai di Sumatera lebar dan landai mudah dilayari.
• Faktor ekonomis, di Sumatera banyak hasil untuk diperdagangkan, misalnya penyu, gading, kapur barus dan lain-lain.
• Keruntuhan kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja, yang dulunya sangat berperan di Asia tenggara, pada abad VII runtuh, dan digantikan Sriwijaya, cepat berkembang sebagai negara maritim.

b. Sistem Pemerintahan dan Perluasan Daerah.

Kerajaan Sriwijaya terus melakukan perluasan wilayah.
Raja yang terkenal adalah Balaputradewa. Pada masa pemerintahannya Sriwijaya mencapai jaman keemasan. Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra. Sriwijaya sudah mengadakan hubungan dengan Cina. Sriwijaya sudah mempunyai hubungan dengan India, yang tertulis dalam prasasti Nalanda yang isinya menyebutkan bahwa sebuah biara telah dibangun oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala. Atas perintah Raja Balaputradewa, maharaja di Suwarnadwipa.

c. Agama yang berkembang di Sriwijaya.

Berita I Tsing mengatakan bahwa Sriwijaya maju dalam agama Budha, di samping itu juga berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Budha. I Tsing belajar tata bahasa Sansekerta selama enam bulan di Sriwijaya. Ilmu keagamaan (teologi) Budha di pelajari di Sriwijaya. Pendeta Budha yang terkenal adalah Sakyakirti. Mahasiswa dari luar negeri datang di Sriwijaya dulu, sebelum belajar lebih lanjut ke India. Peninggalan candi di Sriwijaya terletak di Muara Takus dekat sungai Kampar di daerah Riau, juga di Bukit Siguntang ditemukan Arca Budha.

d. Segi Ekonomis.

Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, menjadikan Sriwijaya sebagai negara yang makmur bagi rakyatnya, sebagai pelabuhan yang dilewati kapal-kapal dagang, mendapat pemasukan dari pajak. Hasil dari Sriwijaya yang banyak diperdagangkan adalah : gading, beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas dan sebagainya. Sriwijaya sebagai negara maritim merupakan negara yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil laut. Untuk stabilitas kerajaan Sriwijaya juga membentuk armada laut yang kuat, supaya dapat mengatasi gangguan di jalur pelayaran perdagangan.

Kemunduran dan Keruntuhan Sriwijaya.

• Faktor Ekonomi: Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad X M, setelah terjadi persaingan ekonomi antara Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Medang di Jawa Timur. Faktor Politik: Sriwijaya yang semula menjalin hubungan baik dengan Colamandala, akhirnya terjadi permusuhan, Colamandala menyerang dua kali (tahun 1023 dan 1068 M) ke Sriwijaya. Walaupun tidak mengakibatkan hancurnya Sriwijaya, namun serangan ini memperlemah keadaan pemerintahan di Sriwijaya.
• Faktor wilayah: yang makin memperlemah posisi Sriwijaya. Misalnya: banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Kerajaan Singasari di Jawa Timur juga menyerang ke Sriwijaya lewat ekspedisi Pamalayu (1275). Serangan yang hebat dari kerajaan Majapahit pada tahun 1377, kemungkinan besar menjadi penentu untuk mengakhiri riwayat Sriwijaya.

Kerajaan Mataram Kuno dan Peninggalannya

Seperti keberadaan kerajaan-kerajaan sebelumnya, keberadaan Kerajaan Mataram Kuno ini pun kita ketahui dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Cukup banyak prasasti yang berisi informasi tentang Mataram. Di samping prasasti, informasi tentang Mataram juga dapat diperoleh dari candi-candi, kitab cerita Parahyangan (Sejarah Pasundan), dan Berita Cina.

Kerajaan yang diperkirakan berdiri pada abad ke-7 ini terletak di daerah pedalaman Jawa Tengah, kemungkinan besar di daerah Kedu sampai sekitar Prambanan (berdasarkan letak prasasti yang ditemukan). Kerajaan yang terletak di antara pegunungan dan sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo ini mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Sanjaya adalah seorang raja yang bijaksana. Pada masa pemerintahannya, rakyatnya hidup makmur.

Pada masa pemerintahan Sanjaya, ada dinasti lain yang lebih besar, yaitu Dinasti Syailendra. Keluarga Sanjaya beragama Hindu dan keluarga Syailendra beragama Buddha. Setelah Sanjaya, Mataram kemudian diperintah oleh Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Dari namanya, raja ini berasal dari kedua keluarga tersebut. Setelah Panangkaran, Mataram terpecah menjadi Mataram Hindu dan Mataram Buddha. Namun, pada tahun 850, Mataram kembali bersatu dengan menikahnya Rakai Pikatan dan Pramodharwani, putri keluarga Syailendra. Setelah Pikatan, Mataram diperintah oleh Balitung (898—910) yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.

Balitung adalah raja terbesar Mataram. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada masanyalah dibuat prasasti yang berisi nama-nama raja sebelumnya sampai dirinya. Setelah Balitung, berturut-turut memerintah Daksa ( 910—919), Tulodong (919 —924), dan Wawa (824 —929). Mataram kemudian diperintah oleh Sindhok (929 — 949) keponakan Wawa dari keluarga Ishana karena Wawa tidak mempunyai anak. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Dinasti Sanjaya. Sindhok kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur karena (1) sering meletusnya Gunung Merapi, dan (2) Mataram sering diserang oleh Sriwijaya.

Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut Kerajaan Medang. Mpu Sindhok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Setelah Sindhok, Raja Dharmawangsa (991—1016) bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa pralaya, yaitu penyerangan raja Wora Wari.

Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga, menantunya, yang berhasil lolos dari peristiwa pralaya. Airlangga berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur. Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai Dewa Wisnu. Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi kerajaannya menjadi Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri). Namun, kerajaan yang bertahan adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno.

URUTAN RAJA MATARAM KUNO
1. Rakai Mataram (Sanjaya)
2. Rakai Panangkaran
3. Rake Panaraban
4. Rake Warak Dyah Manara
5. Dyah Gula
6. Rake Garung
7. Rake Pikatan Dyah Saladu
8. Rake Kayuwangi Dyah Lokapala
9. Dyah Tagwas
10. Rake PanumbanganDyah Dewendra
11. Rake Gurunwangi Dyah Badra
12. Rake Wungkal Humalang
13. Sri Maharaja Rake

Kerajaan Mataram di Jawa Timur.
Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut kerajaan Medang. Mpu Sindok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Isinya antara lain :
a. Menguraikan silsilah Airlangga.
b. Peristiwa penyerangan raja Wora-Wari.
c. Pelarian Airlangga ke hutan Wonogiri.
d. Pendirian pertapaan di Pucangan.
e. Airlangga berperang melawan raja Wengker.

Mpu Sindok memerintah dari tahun 928 – 949 M. Selang kemudian, muncul Raja Dharmawangsa yang memerintah tahun 991 – 1016 M. Raja Dharmawangsa bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa Pralaya yaitu penyerangan raja Wora-Wari di mana istana Raja Dharmawangsa hancur.

Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga yang berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai dewa Wisnu. Hasil sastra yang terkenal adalah Buku Arjunawiwaha karangan Mpu Kanwa. Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi dua kerajaannya yaitu menjadi Jenggala dan Kediri. Dua kerajaan ini yang bertahan untuk tetap hidup adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049 M.

Kerajaan Kediri ( tahun 1042 – 1222)

Pada waktu terjadi pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala. Terjadi perang saudara di antara keduanya. Raja Kediri yang pertama Bamecwara yang memerintah dari tahun 1117 – 1130 kemudian diganti oleh Jayabaya 1135 – 1157. Raja yang terkenal dengan ramalannya – Jangka Jayabaya. Hasil sastra pada masa pemerintahannya adalah :
a. Kitab Bharatayuda oleh Mpu Sedah dan Panuluh.
b. Kitab Hariwangsa karangan Mpu Panuluh.
c. Kitab Gatotkacasraya karangan Mpu panuluh.

Urutan raja Kediri selanjutnya adalah :
a. Sarvecvara
b. Aryyaecvara
c. Kracaradipagandra.
d. Kamecvara – hasil sastra antara lain : Kitab Smaradahana oleh Mpu Darmaja dan Kitab Cerita Panji.
e. Raja Kertajaya 1194 – 1222, yang merupakan raja terakhir dari Kediri yang dikalahkan Ken Arok di Ganter.

Kerajaan Singasari (Tahun 1222 – 1292).

Sumber sejarah tentang Singasari terdapat dalam buku : Pararaton dan Negarakertagama, ditambah prasasti-prasasti peninggalannya.
• Pararaton atau disebut juga Katuturanira Ken Arok, isinya menceritakan riwayat Ken Arok dari lahir sampai menjadi raja dan urutan raja-raja yang memerintah di Singasari.
• Negarakertagama ditulis oleh Prapanca yang merupakan seorang pujangga kraton Majapahit pada tahun 1365 : isinya : Pandangan fi lsafat, keindahan kraton Majapahit, perjalanan suci Hayam Wuruk ke tempat percandian leluhurnya antara lain ke Singasari. Memuat riwayat Ken Arok juga.

Selama perkembangan kerajaan Singasari diperintah oleh beberapa raja. Pertama adalah Ken Arok yang berhasil menjadi raja pertama Singasari. Setelah membunuh Tunggul Ametung (Akuwu di Tumapel) Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya Raja Kediri di pertempuran Ganter 1222. Istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes, dipersunting Ken Arok, menurut ramalan Ken Dedes akan menurunkan raja-raja besar.

Setelah Ken Arok meninggal karena dibunuh Anusapati (anak tirinya), maka Anusapati menggantikan sebagai raja. Tohjaya anak Ken Arok dengan Ken Umang membalas dendam dengan membunuh Anusapati. Tohjaya hanya beberapa bulan saja memerintah karena terjadi pemberontakan dan Tohjaya terbunuh. Ronggowuni dan Mahisa Campaka, sebagai raja dan patih yang memerintah di Singasari lebih kurang selama 20 tahun. Pemerintahannya stabil.

Putra Ronggowuni yang bernama Kertanegara, menggantikan ayahnya menjadi raja Singasari. Singasari mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan raja Kertanegara. Kertanegara terkenal dengan gagasannya untuk menyatukan seluruh kerajaan-kerajaan di Nusantara di bawah payung kekuasaan Singasari. Cita-cita ini dikenal sebagai Wawasan Nusantara I. Untuk melaksanakan cita-citanya Kertanegara melakukan :
• Perluasan daerah dan hubungan dengan luar negeri. Pengiriman expedisi ke Sumatra yang terkenal dengan ekspedisi Pamalayu 1275 M. Kertanegara mengadakan kerjasama dengan Campa untuk bersama-sama menghadapi Ku Bilai Khan dari Cina, yang dianggap sebagai ancaman oleh Kertanegara.
• Struktur Pemerintahan Singasari sudah lengkap, yaitu pada pemerintahan Kertanegara raja sebagai penguasa tertinggi. Kemudian didampingi dewan penasehat. Di bawahnya masih terdapat pegawai-pegawai yang mengawasi berbagai bidang. Bidang agama, pertahanan dan sebagainya.
• Kehidupan Agama, Singasari masa pemerintahan raja Kertanegara, agama Hindu dan Budha sama-sama berkembang. Kertanegara sendiri memeluk Ciwa-Budha, terjadi sinkretisme antara agama Hindu-Budha. Kertanegara menganut aliran Tantrayana.

Dengan politik perluasan daerah yang dicanangkan Kertanegara, banyak tentara yang dikirim keluar daerah. Pada waktu sedang sepi penjaga, dan pasukan penjaga istana berkurang, Singasari diserang raja Kediri yaitu Jayakatwang. Kertanegara meninggal dalam peristiwa ini, dicandikan di dua tempat, di Candi Jawi dan candi Singasari.

Raden Wijaya dengan bantuan pasukan Tar-Tar (Cina) dapat mengalahkan Jayakatwang, dan mendirikan kerajaan Majapahit. Kertanegara sebagai raja terakhir dan terbesar dari kerajaan Singasari, diabadikan di beberapa tempat. Terkenal Arca Kertanegara yang bernama Joko Dolog di Surabaya. Wafatnya Kertanegara mengakhiri riwayat kerajaan Singasari.
Kerajaan Majapahit

Tidak seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, sumber-sumber tentang keberadaan Majapahit banyak ditemukan, antara lain melalui prasasti, kitab-kitab, dan beritaberita Cina. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja Kertanegara dari Singosari. Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pada tahun 1293. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293 1309 M). Beliau menikah dengan keempat puteri Kertanegara, yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dan seluruh warisan jatuh ke tangannya.

Raden Wijaya adalah raja yang bijaksana. Semua pengikut Raden Wijaya diberi jabatan sesuai jasanya. Nambi diangkat menjadi patih. Ronggolawe diangkat menjadi Bupati Tuban. Sora diangkat sebagai Tumenggung. Kepala desa Kudadu diberi Cima di Kudadu. Raden Wijaya kemudian digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309, beliau merupakan raja yang lemah. Pada masa pemerintahan Jayanegara, terjadi serangkaian pemberontakan: Ranggalawe (1231), Lembu Sora (1311), Jurudemung (1313), Nambi (1316), dan Kuti (1319). Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan karena jasa Gajah Mada. Jayanegara akhirnya dibunuh oleh Tanca, tabib istananya, pada tahun 1328. Gajah Mada kemudian membunuh Tanca. Seharusnya Gayatri, putri bungsu Raden Wijaya, berhak menjadi raja. Tetapi karena Gayatri memilih bertapa, Tribuwanatunggadewi, putrinya diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Pada masa ini, terjadi pemberontakan Sadeng dan Kesa, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada. Pada tahun 1350, Gayatri wafat. Tribuwanatunggadewi segera turun tahta dan digantikan oleh putranya, yaitu Hayam Wuruk (artinya ayam jantan muda) yang masih berusia 16 tahun.

Hayam Wuruk merupakan raja yang membawa Majapahit mencapai puncak kejayaan. Dengan didampingi Mahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang sangat besar. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Malaka, dan Tumasik (Singapura) serta Papua Barat.

Majapahit mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan Hayam Wuruk. Luas wilayah pemerintahannya hampir seluas Indonesia sekarang. Gajah Mada sangat berperan di Majapahit. Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389. Majapahit kemudian mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama Kusumawardhani bersama suaminya, Wikramawardhana. Pada masa pemerintahan Kusumawardhani, terjadi perang saudara dengan Wirabhumi, saudaranya dari selir Hayam Wuruk. Perang saudara yang terjadi di Paregreg menyebabkan Wirabhumi terbunuh (1406). Perang Paregreg berlangsung berkepanjangan dan menyebabkan Majapahit menjadi lemah. Bersamaan dengan itu, Islam mulai masuk ke Nusantara. Setelah Wikramawardhana meninggal, Majapahit pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Inilah Gajah Mada, orang yang sangat berjasa kepada Majapahit. Berawal sebagai pasukan pengawal raja (Bhayangkari), Gajah Mada kemudian berperan penting dalam menumpas Pemberontakan Kuti (1319) yang pada saat itu telah berhasil menduduki istana. Sebagai hadiah, Gajah Mada diangkat menjadi Pati Kahuripan (13191321). Ketika Jayanegara dibunuh Tanca, Gajah Mada membunuh Tanca. Gajah Mada kemudian menjadi Pati Kediri (1322-1330). Pada masa Tribuwanatunggadewi, Gajah Mada berhasil menumpas Pemberontakan Sadeng dan Keta. Atas jasanya itu, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih (setara Perdana Menteri saat ini) Majapahit. Pada saat dilantik menjadi Mahapatih, dia mengucapkan "Tan Amukti Palapa" atau "Sumpah Palapa". Dia bersumpah tidak akan merasakan palapa (menikmati istirahat) sebelum menyatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit. Dia menulis kitab Kutaramanawa yang dipakai sebagai dasar hukum di Majapahit. Gajah Mada wafat pada tahun 1364.

Pada masa Kerajaan Kediri, selain candi, banyak dihasilkan kitab-kitab. Kitab-kitab tersebut ialah: Sutasoma atau Purusadashanta (Mpu Tantular), Nagarakertagama (Mpu Prapanca), Arjunawiwaha (Mpu Tantular), Kunjarakarna dan Parthayajna (penulis tidak diketahui), Pararaton (tentang riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit), Sundayana (tentang peristiwa Bubat), Sorandaka (tentang pemberontakan Lembu Sora), Ranggalawe (tentang pemberontakan Ranggalawe), Panjiwijayakrama (tentang riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja), Usana Jawa (tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar), dan Kitab Usana Bali (tentang kekacauan di Pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa).

Sebagai kerajaan besar, Majapahit mengalami kemajuan hampir di semua bidang. Di bidang pemerintahan, Majapahit memiliki dewan Bhattara Saptaprabhu (sesepuh kerajaan), Rakayan Mahamantri Katrini (mahamentri, yang adalah putra-putra Raja), dan Rakayan Mantri ri Pakirakiran (dewan menteri) yang membantu Raja.

Di bidang keagamaan, Majapahit telah memberikan contoh kerukunan hidup beragama yang baik. Hayam Wuruk beragama Hindu Siwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Perbedaan ini oleh Mpu Tantular dikatakan sebagai Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa (di antara pusparagam adalah kesatuan dan tak ada agama yang mendua).
Majapahit mundur karena beberapa hal berikut.
(1) Tidak ada tokoh pengganti yang berwibawa sesudah Hayam Wuruk (1389 M) dan Gadjah Mada (1364 M).
(2) Perang Paregreg (1401 M-1406 M), yakni perang saudara di antara para pewaris kerajaan, antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana
(3) Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri.
(4) Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.



Raja-raja yang memerintah di Majapahit

a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan.
b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan.

Beberapa pemberontakan yang terjadi yaitu: 1). Pemberontakan Ronggolawe dapat diatasi 2). Pemberontakan Lembu Sora, dapat dipadamkan. 3). Pemberontakan Nambi, dapat diatasi 4). Pemberontakan Kuti pada tahun 1319, dapat diatasi
berkat jasa Gajah Mada dan jasanya tersebut Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1321 Gajah Mada diangkat menjadi Patih Daha.

c. Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M)
Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit.

Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/ istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit. Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya yaitu Hayam Wuruk.

d. Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim Nasional II.

Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadni tahun 1362. Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.
a) Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:
b) Kitab Negarakertagama karangan Prapanca
c) Kitab Sutasoma karangan Tantular .

Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.

e. Ratu Kusumawardhani (1389-1429 M)
Pada masa pemerintahannya terjadi perang
saudara dengan Wirabhumi yang disebut perang Paregreg. Berakhir dengan terbunuhnya Wirabhumi. Setelah Kusumawardhani berturut-turut adalah:
1). Dewi Suhita (1429-1447 M)
2). Bhre Tumapel (1447-1451 M)
3). Bhre Kahuripan (1451-1453 M)
4). Purwawisesa (1457-1467 M)
5). Pandan Salas (1467-1478 M)

Berakhirnya pemerintahan Pandanalas, diganti dengan pemerintahan Giridrawardhana. Kerajaan Majapahit mulai mundur dan akhirnya runtuh, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Politik (dalam dan luar negeri).
Dalam negeri, kesatuan Majapahit atas kekuatan Gajah Mada, setelah Gajah Mada meninggal daerah yang luas tersebut tak dapat dipertahankan.
b. Faktor Ekonomi
Majapahit dulu dapat menyatukan daerah pertanian dan bandar-bandar, setelah ada ekspedisi Cina, bandar-bandar lebih suka langsung berhubungan dengan luar negeri. Bandar lebih demokratis, berusaha melepaskan diri dari Majapahit.
c. Faktor Agama
Perbedaan ideologi. Penyebaran Islam di Asia
Tenggara, melalui jalur perdagangan yang lebih dulu terpengaruh adalah bandar, maka bandar beragama Islam, Majapahit masih Hindu. Bandarbandar menentang Majapahit. Ada pula pendapat yang mengatakan adanya serangan dari Demak. Dalam serat Kondo dan Babad Tanah Jawi runtuhnya Majapahit ditandai dengan candra sangkala: Sirna Ilang Kertaning Bumi : 1400 C = 1478 M.



Kerajaan Pajajaran

Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu. Kerajaan ini diperkirakan beribu kota di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno Nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibu kotanya, yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak.

Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.

Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti: Prasasti Batu Tulis, Bogor ; Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi; Prasasti Kawali, Ciamis; Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta; dan Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Adapun raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Pajajaran ialah Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), Surawisesa (1521 – 1535), Ratu Dewata (1535 – 1543), Ratu Sakti (1543 – 1551), Raga Mulya (1567 – 1579).

Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya Zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Palangka Sriman Sriwacana diboyong ke Banten agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Pemindahan singgasana itu juga menandakan bahwa Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Singgasana raja Pajajaran tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri.

Ketika Banten menyerang Pajajaran, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat. Mereka inilah yang sekarang dikenal sebagai orang Baduy.

Perkembangan Islam di Indonesia

Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia. Indonesia bahkan menjadi negara berpenduduk dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Bagaimana asal mula perkembangan Islam dari tempat asalnya sampai tiba di tanah air? Bagaimana pengaruh kebudayaan Islam terhadap kebudayaan Indonesia? Dalam bidang apa saja kita dapat menemukan pengaruh kebudayaan Islam? Berikut adalah penjelasannya.

1. Sejarah Lahirnya Islam di Indonesia

Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir danberkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.

Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia. Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.

Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerahdaerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus.

Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.

2. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia

Bagaimana cara persebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia? Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.


a. Peranan Kaum Pedagang

Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia maupun para pedagang Indonesia. Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang. Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.

Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lamakelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.

Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam. Hal ini berlangsung terus selama bertahuntahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya
membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.

b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia

Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.

Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.

Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu. Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).

c. Peranan Para Wali dan Ulama

Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Disamping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.

Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan. Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.



3. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia

Kapan sebenarnya Islam masuk ke Indonesia? Lalu dari mana asal Islam di Indonesia itu? Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?

Seperti halnya proses masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia, masuknya Islam ke Indonesia pun menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.

Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam. Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.

Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.

Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.

Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.

Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa.
Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.

4. Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

Ada banyak kerajaan bercorak Islam yang terdapat mulai dari Sumatra sampai Maluku. Beberapa di antaranya akan dikemukakan berikut ini.

a. Kerajaan Perlak

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 - 249 H / 840 - 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang). Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari. Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

b. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh). Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Rajaraja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 - 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.

Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).

Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.

c. Kerajaan Aceh

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.

Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (16071636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (16361641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (16411675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama'ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.

Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam. Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.

Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (15211546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen. Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.

Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.

Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram. Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.

Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

e. Kerajaan Mataram dan Peninggalannya

Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.

Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.

Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten. Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629. Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.

Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti berikut.
(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati atau syahbandar. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda.

Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda. Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti: Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram.

Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.

f. Kerajaan Banten

Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten.

Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (15221570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.

Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan. Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu'lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu'lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu'lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah. Abu'ma'ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).

Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.

g. Kerajaan Cirebon

Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta. Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

h. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan: Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.

Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.

Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan. Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone. Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi Selatan.

Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum Islam. Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur. Daerahdaerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor. Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade'Allapialing Bicarana Pabbalri'e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.

i. Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja. Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.

Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis. Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.

Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.

Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

Peninggalan-Peninggalan Sejarah Bercorak Islam

Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di Indonesia. Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat. Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.

a. Peninggalan dalam Bentuk Bangunan

Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton, dan makam (nisan).

1) Masjid

Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.

Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas. Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian, masjid dengan bentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.

Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.

Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut.
(1) Masjid Banten (bangun beratap tumpang)
(2) Masjid Demak (dibangun para wali)
(3) Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru)
(4) Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang)
(5) Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang)
(6) Masjid tua di Kotawaringin, Kalimantan Tengah (dibangun ulama penyebar siar pertama di Kalteng)
(7) Masjid Raya Aceh, Masjid Raya Deli (dibangun zaman Sultan Iskandar Muda)

2) Makam dan Nisan

Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.

Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain pada beberapa makam berikut.
(1) Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat)
(2) Makam Walisongo
(3) Makam Imogiri (Yogyakarta)
(4) Makam Raja Gowa



Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain pada beberapa nisan berikut.
(1) Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M);
(2) Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (1297 M);
(3) Di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddin;
(4) Di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah; dan
(5) Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.

b. Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni

Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul). Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.

Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab. Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.

Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang. Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.

Masa Kolonial Eropa

Seperti telah dijelaskan pada awal bab, bahwa Nusantara telah terlibat dalam jaringan perdagangan internasional sejak lama. Jaringan perdagangan yang mengenal Jalur Sutra dan Jalur Emas itu melibatkan berbagai bangsa dari beberapa benua, termasuk Eropa.
1. Bangsa Eropa di Nusantara

Cengkih, pala, dan fuli bersama-sama rempah-rempah yang lain seperti lada dan kayu manis merupakan komoditi dari kepulauan Indonesia yang paling dicari oleh para pedagang Eropa itu. Bangsa Eropa yang mencapai Nusantara dan mendirikan koloninya ialah Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.

Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menduduki Kepulauan Indonesia. Portugis mendarat di Kepulauan Maluku sejak tahun 1512, ketika rombongan yang dipimpin oleh Francisco Serrao tiba di Hitu. Mereka melakukan perdagangan damai dengan masyarakat setempat. Portugis juga membuka hubungan dagang dengan Pasai, Barus, Pedir, Aceh, Siak dan Minangkabau. Di Jawa, Portugis berhasil membangun hubungan yang baik dengan kerajaan Sunda dan Panarukan di samping hubungan dagang dengan beberapa pusat perdagangan di pantai utara Jawa.

Keadaan menjadi berubah ketika pada tahun 1524, Spanyol tiba di Maluku melalui Tidore. Portugis mulai terlibat konflik akibat kehadiran bangsa Eropa lainnya, Belanda dan Inggris. Belanda mulai mendarat di Kepulauan Indonesia melalui Banten pada tahun 1596 dan tiba di Kepulauan Maluku pada bulan Maret 1599. Adapun Inggris tiba di Banten pada bulan Juni 1602.

Nusantara menjadi ramai akibat kehadiran berbagai bangsa tersebut. Banyak perusahaan dagang Eropa yang berusaha mendapatkan rempah-rempah dari Kapulauan Indonesia. Karena banyaknya, mereka membentuk perusahaan patungan. Misalnya, para pedagang Inggris membentuk (English) East India Company pada tahun 1600. Para pedagang Belanda membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC yang oleh masyarakat disebut kompeni, pada bulan Maret 1602.





Kehadiran berbagai bangsa di Kepulauan Indonesia pada awalnya merupakan bagian dari kegiatan perdagangan. Hubungan yang terjadi adalah hubungan setara, antara pedagang dan pembeli. Namun, keadaan perlahan-lahan mulai berubah. Tingginya persaingan pedagangan antarnegara menyebabkan mereka berusaha menguasai sumbersumber rempah-rempah. VOC pada tahun 1610 membentuk jabatan Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Maluku. Kedudukan Gubernur Jenderal di Maluku dan pos utama lainnya di Banten kemudian dipindahkan ke Batavia pada tahun 1619 . VOC di Batavia dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen yang bersemboyan "tidak ada perdagangan tanpa perang dan juga tidak ada perang tanpa perdagangan". Untuk mempertahankan monopoli di Kepulauan Maluku, VOC melakukan intervensi militer ke berbagai daerah yang menimbulkan banyak korban, baik penduduk setempat maupun para pedagang lain.

Sementara itu, Inggris juga melakukan hal yang sama di bagian lain Kepulauan Indonesia. Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di kepulauan Maluku, membangun kekuatan lain di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa, seperti Sukadana, Makassar, Aceh, Jayakarta, dan Jepara antara tahun 1611 dan 1617. Akibatnya, kompetisi dan konflik menjadi makin jelas yang selalu menempatkan kerajaan dan masyarakat setempat sebagai korban.

Di antara para pedang, VOC paling lancar melakukan perluasan kekuasaannya. Mereka memanfaatkan kompetisi dan konflik antarkerajaan-kerajaan lokal serta konflik internal di dalam kerajaan-kerajaan lokal. Misalnya, Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung ingin memperluas daerah kekuasaannya di Pulau Jawa dengan cara menyerang daerah-daerah sekitarnya. Kerajaan atau masyarakat yang menjadi korban tindakan Sultan Agung ini meminta bantuan VOC dengan berbagai imbalan yang tentu saja menguntungkan VOC. Ketika terjadi konflik di dalam Kerajaan Mataram yang menyebabkan Mataram terbagi menjadi Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran, VOC pun terlibat. Contoh lain ialah konflik antara Sultan Ageng dengan putra mahkotanya. VOC campur tangan. Akibatnya, bukan hanya Banten di bawah kekuasaan VOC, tetapi juga Jayakarta.

VOC pada tahun 1700 telah menguasai sebagian besar pusat penghasil dan perdagangan rempah-rempah. Sebagai perusahaan besar, VOC tidak terlepas dari berbagai usaha memperkaya diri para anggotanya. Karena korupsi, nepotisme, pemborosan, dan kekacauan manajemen menggerogoti VOC, pada tanggal 1 Januari 1800, VOC dibubarkan. Belanda kemudian membentuk suatu pemerintahan seberang lautan yang dinamakan Hindia Belanda. Pemerintah Belanda menganggap Indonesia merupakan koloninya (daerah jajahannya).

Pada tahun 1803, terjadi perubahan di Eropa akibat perang. Prancis menduduki Belanda. Akibatnya, terjadi perubahan di Hindia Belanda. Louis Napoleon yang menjadi raja Belanda, pada tahun 1806 mengirim Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal, yang tiba di Jawa pada bulan Januari 1808. Selama kurang lebih tiga tahun berkuasa, Daendels hanya memfokuskan kegiatannya di Pulau Jawa. Dialah yang membangun jalan sepanjang 1.000 km mulai dari Anyer sampai Panarukan di Jawa Timur.

Perang terus berlangsung di Eropa. Pada bulan Agustus 1811, kekuasaan di Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris yang dipimpin oleh Thomas Stanford Raffles. Setelah perang di Eropa berakhir, pada tahun 1816, Hindia Belanda kembali memerintah di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda selama kurang lebih 125 tahun berikutnya menguasai Kepulauan Indonesia sampai masuk Jepang pada masa Perang Dunia II.


Perkembangan Ekonomi Rakyat

Kondisi ekonomi di Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedatangan bangsa Barat, terutama Belanda baik pada masa VOC maupun Hindia Belanda. Kehadiran bangsa Barat pada awalnya sangat berarti bagi wilayah yang didatanginya. Misalnya, di Makassar, Banjarmasin, Aceh, Riau, Banten dan pantai utara Jawa, kehadiran bangsa Barat bahkan membawa wilayah itu ke masa modern. Di daerahdaerah itu masyarakat setempat maju di bidang ekonomi, terlibat dalam jaringan perdagangan yang melibatkan berbagai bangsa, mengenal berbagai bentuk mata uang, dan telah mampu menerapkan berbagai peraturan ekonomi modern. Namun, di lain pihak, pada saat yang sama, di pusat penghasil cengkeh, pala dan fuli di Maluku, kondisi ekonomi mengalami perubahan besar yang mengarah pada kemunduran. Melalui berbagai perjanjian dan tekanan militer, VOC berusaha menghentikan peran Tidore, Ternate di utara sebagai penghasil cengkeh, pala dan fuli dan memindahkan pusat penghasil cengkeh dari Maluku Utara ke kepulauan Ambon pada tahun 1620-an.

VOC memberlakukan berbagai peraturan, misalnya Preanger Stelsel yang dimulai pada tahun 1723 mewajibkan penduduk menanam kopi dan menyerahkan hasilnya kepada kompeni. Pada tahun 1830, Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa. Sistem ini diperkenalkan untuk menutup defisit anggaran baik pemerintah Belanda akibat perang kemerdekaan Belgia dan Perang Diponegoro. Sistem ini mewajibkan setiap desa menyerahkan 1/5 dari luas tanahnya kepada pemerintah untuk ditanami komoditi tertentu seperti gula, nila, kopi, dan tembakau. Sebagai ganti, penduduk akan menerima tanah ditempat lain untuk ditanami. Selain itu penduduk juga diwajibkan untuk bekerja dalam jumlah hari tertentu dalam setahun dengan upah yang telah ditetapkan. Hasil dari penanaman itu akan dihitung dengan pajak per desa yang harus dibayarkan. Jika jumlah hasil lebih besar, pemerintah akan membayar kelebihan cultuurprocenten. Jika sebaliknya yang terjadi, desa harus membayar kekurangannya. Dalam kenyataannya, dampak ekonomis yang dialami penduduk berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain dan dari satu komoditi dengan komoditi yang lain. Di daerah yang ditanami nila, penduduknya lebih menderita, misalnya di Cirebon.

Sebaliknya, penduduk di Pasuruan mendapat keuntungan dari pelaksanaan Cultuurstelsel. Produksi pangan dan ekonomi di wilayah ini berkembang pesat seiring dengan pelaksanaan kebijakan itu. Keuntungan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh Cultuurstelsel telah menimbulkan dukungan dan perlawanan. Cultuurstelsel dihapuskan dan diberlakukan undang-undang agraria pada tahun 1870.

Perluasan ekonomi ke luar Jawa makin luas pada awal abad ke-20, misalnya pembukaan perkebunan tembakau, karet, dan kelapa sawit di Sumatra Timur. Pembukaan lahan-lahan perkebunan tersebut tidak mengubah nasib pekerja. Masyarakat terus hidup dalam kemiskinan, baik sosial maupun fisik yang sangat memperihatinkan. Sebaliknya, kegiatan tersebut memberikan keuntungan yang luar biasa bagi para pemilik kebun dan para penguasa lokal. Daerah seperti Deli, Serdang, Langkat, Medan, dan sekitarnya tumbuh menjadi pusat-pusat ekonomi baru yang mampu menarik banyak migran dari luar daerah. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dampak dari pelaksanaan Sistem Tanam Paksa tidak seluruhnya negatif. Keadaan tekanan yang makin berat menyebabkan masyarakat berusaha meningkatkan kegiatan pertanian, perdagangan, industri dan jasa.

Perlawanan terhadap Kolonial Eropa

Perlawanan terhadap bangsa Barat di Kepulauan Indonesia dapat dibedakan berdasarkan waktu dan pelakunya. Berdasarkan waktu, perlawanan itu dapat dikelompokkan dalam dua periode besar. Pertama, perlawanan terhadap pedagang serakah yang berpolitik yang terjadi sepanjang abad ke-16 sampai akhir abad ke-18. Kedua, perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19. Berdasarkan pelakunya, perlawanan dapat dibedakan antara perlawanan oleh pemerintah atau elite lokal dan perlawanan oleh masyarakat atau rakyat.


a. Perlawanan antara Abad ke-16-18

Setelah Portugis menguasai Malaka, Pati Unus dari Jepara menyerbu Malaka pada
malam tahun baru akhir tahun 1512. Setelah Pati Unus secara berturut-turut pasukan dari Aceh, Jawa dan Melayu silih berganti menyerang kedudukan Portugis di Malaka sejak tahun 1535. Bahkan, Sultan Iskandar Muda berkali-kali melakukan serangan sampai akhirnya Portugis dikalahkan Belanda pada abad ke-17.

Penguasa dan penduduk Maluku pun melakukan perlawanan terhadap Portugis, seperti yang dilakukan oleh pendukung Pangeran Ayalo pada tahun 1531 dan 1534. Sultan Baabullah, anak Sultan Khairun dari Ternate yang dibunuh Portugis pada tahun 1570, mengepung benteng Portugis pada tahun 1575 dan memaksa Portugis pergi dari Ternate.

Sultan Agung dari Mataram melakukan ekspansi militer ke posisi VOC di Jakarta pada tahun 1628 dan 1629. Banyak prajurit Mataram gugur dalam kedua serangan ini. Di pihak VOC, Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen meninggal di dalam benteng pada bulan September 1629 pada saat markas VOC sedang dikepung oleh tentara Mataram. Mataram masih berusaha melawan VOC sampai tahun 1636 memutuskan untuk berhenti menghadang kapal-kapal VOC setelah menyadari bahwa Portugis tidak mampu membantu mereka melawan VOC.

Di Sulawesi, VOC harus berhadapan dengan Sultan Hasanuddin dan para pengikutnya walaupun Perjanjian Bungaya ditandatangani pada tahun 1667. Perlawanan kerajaan atau penguasa lokal di Sulawesi Selatan terhadap Belanda terus dilakukan sampai abad-abad berikutnya.

Di Banten, VOC mendapat perlawanan dari Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1656 dan 1680. Perlawanan ini merupakan kelanjutan dari perlawanan yang telah dilakukan penguasa Banten sebelumnya pada tahun 1619 dan 1633-1639. Pada perlawanan antara tahun 1680 sampai 1683, pasukan Banten didukung oleh tentara dari Makassar yang dipimpin oleh Shaikh Yusuf Makassar, seorang ulama yang telah tinggal di Banten sejak tahun 1672. Shaikh Yusuf ditangkap pada tahun 1683 dan dibuang ke Afrika Selatan, tempat ia meninggal enam belas tahun kemudian.
Di Maluku, perlawanan dilakukan oleh masyarakat Ternate pada tahun 1635, 1646, dan tahun 1650. Di Tidore, Sultan Nuku bersama dengan pasukan Inggris berhasil mengusir VOC. Bahkan, Sultan Nuku berhasil mengusir Inggris dari Tidore. Masih banyak perlawanan lainnya di berbagai tempat di Kepulauan Indonesia sampai VOC dibubarkan pada akhir abad ke-18.

b. Perlawanan antara Abad ke-19

Berikut kita akan melihat perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap pemerintah kolonial yang sewenang-wenang. Perlawanan senjata terjadi di beberapa tempat seperti berikut. Di Maluku, perlawanan dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Di antara para pengikutnya, terdapat seorang perempuan, Christina Marta Tiahahu. Perlawanan yang meletus di Saparua itu terjadi akibat tekanan ekonomi yang makin berat. Pattimura, seorang yang pernah berdinas sebagai tentara pada masa Inggris, ditangkap pada bulan November 1817, dan digantung hanya sembilan hari sebelum perayaan Natal pada tahun 1817.

Di Sumatra Barat, perlawanan dilakukan oleh kaum Paderi sejak tahun 1821--1837 yang dipimpin oleh Imam Bonjol. Ekspedisi militer Belanda melawan kaum Paderi sempat dihentikan karena kebutuhan militer dan keuangan yang besar dialihkan untuk menghadapi perang di Jawa yang dipimpin oleh Diponegoro. Di Jawa, perlawanan dilakukan Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta pada tahun 182-1830. Perlawanan yang mendapat dukungan sebagian elite dan rakyat mampu membuat Belanda kelabakan sehingga harus menarik pasukannya dari Perang Paderi.

Di Kalimantan, Perang Banjar di bawah pimpinan Pangeran Antasari terjadi sejak 28 April 1859. Penyebabnya ialah campur tangan Belanda dalam persoalan interen kerajaan. Walaupun Kerajaan Banjar dihapus pada tahun 1860, penangkapan terhadap Pangeran Hidayat dan kematian Pangeran Antasari tidak menghentikan perlawanan elite lokal dan rakyat terhadap Belanda sampai perang berakhir pada tahun 1905.

Di Aceh, perlawanan kerajaan, elite, dan rakyat Aceh berlangsung antara tahun 1873-1912. Perang Aceh merupakan salah satu perang yang melelahkan dan menguras keuangan pemerintah Hindia Belanda. Biarpun secara resmi pemerintah Hindia Belanda menyatakan perang Aceh berakhir pada tahun 1912, perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda terus berlangsung sampai Perang Dunia II.

Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan

Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa kolonial Eropa sangat dipengaruhi oleh keberadaan bangsa asing tersebut. Pada awalnya, bangsa Eropa datang untuk membeli rempah-rempah yang tidak dihasilkan di negaranya. Namun, karena mendatangkan keuntungan luar biasa, mereka menerapkan semangat kolonialis dan imperialis. Semangat kolonialis ialah semangat penguasaan oleh suatu negara atas bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu. Imperialis ialah memperluas daerah jajahannya untuk kepentingan industri dan modal. Akibatnya, masyarakat yang semula adalah pemilik berbalik menjadi budak. Masyarakat kehilangan hak atas milik mereka sendiri melalui berbagai kebijakan, seperti monopoli, tanam paksa, sewa tanah, penyerahan wajib, dan lain-lain yang diterapkan oleh kolonial.

Di bidang kebudayaan, terjadi perkembangan dari masa ke masa. Kedatangan bangsa Eropa membawa agama baru di Kepulauan Indonesia, Kristen Protestan dan Katholik. Adat istiadat bangsa Eropa juga berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, mulai dari dalam keraton sampai rakyat jelata. Pengaruh itu dapat dilihat dari tata cara bergaul (lebih bebas dan demokratis), gaya perkawinan, model berpakaian, disiplin, menghargai waktu, rasionalis, individualistis (sifat mementingkan diri), materialistis (sifat mementingkan materi), dan pendidikan.
Di bidang pendidikan, pemerintah kolonial membangun sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun kejuruan. Walaupun membedakan para peserta didik dengan membedakan sekolah untuk anak-anak khusus Belanda, bangsawan, dan rakyat jelata, namun pendidikan membawa dampak positif bagi cara berpikir anak bangsa. Bahkan, ada mahasiswa Indonesia yang bersekolah sampai ke Belanda. Kaum terdidik inilah yang bahu-membahu dengan para pemuda mulai memikirkan untuk melepaskan diri dari penjajahan.

Di bidang pemerintahan, para pemimpin kita tidak berdaya menghadapi para pedagang yang licik. Para pemimpin kita dengan mudah termakan oleh politik adu domba yang dijalankan oleh para penjajah. Jika pun para pemimpin mencoba untuk melawan, kebanyakan mereka terpaksa menyerah karena lemahnya persenjataan atau karena kelicikan Belanda. Akibatnya, Belanda berhasil menguasai kerajaan yang dipimpinnya. Raja atau sultan yang memerintah hanyalah merupakan simbol yang
telah kehilangan kekuasaannya.

Dalam menjalankan kekuasaannya, pemerintah Hindia Belanda menerapkan hukum seperti yang berlaku di Belanda. Sistem pemerintahan yang diterapkan mengikuti ajaran Trias Politica. Sistem ini mengenal pemisahan antara lembaga legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).



Selesai


CopyRight © 2010
By Muhammad Hendri, S.Sos, S.Pd
Written for Students of Class VII SMP Sinar Husni
HP : 081264070041 – (061)77813539
Email : muhammadhendri37@yahoo.com
Wibesite : www.muhammadhendri.blogspot.com